JACOB Filemon Malak mengusap kening dengan punggung lengan. Potongan pipa besi yang baru diblender, teronggok di depannya. Asap panas bekas las masih mengepul. Buru-buru ia memungut karung goni basah untuk menutup dan mendinginkan, agar pipa itu bisa segera dipergunakan.
Bersama pekerja lainnya, driller PT Nomro Jaya ini membereskan penggantian pompa minyak di sumur SLW A2X yang dikelola PT Pertamina EP Papua Field. Nomro Jaya menjadi mitra Pertamina EP dalam merawat beberapa sumur (well service) di lapangan produksi Salawati.
Saat rombongan wartawan di ajak melihat dari dekat pada Senin (2/10/2023), pekerjaan yang dimulai sejak 26 September 2023 sudah tahap finishing.
“Ini hanya mengganti pompa, bukan tajak. Jadi prosesnya relatif singkat. Berbeda kalau kita bor sumur baru,” kata Adrie Defrie Kodong, Supervisor Rig KSF 02 PT Pertamina EP Papua Field.
Penggantian pompa yang dimaksud Defrie adalah mengganti pompa untuk mengangkat fluida dari dalam sumur ke permukaan, dengan metode ESP (Electric Submersible Pump). Semula, sumur SLW A2X menggunakan gas lift, metode pengangkatan buatan yang memanfaatkan tekanan gas yang diinjeksikan ke dalam sumur.
Penggantian pompa di sumur SLW A2X menjadi lokasi kedua yang digarap Defrie Kodong. Sebelumnya, menggunakan rig yang sama, penggantian pompa dilakukan pada sumur SLW A9X. Ketika tuntas dari SLW A2X, rangkaian Rig KSF 02 diboyong Defrie ke sumur SLW-E1X dan SLW A8. Sumur-sumur ini berada di Kampung Meyaup, Distrik Salawati Tengah, Kabupaten Sorong.
“Semuanya penggantian pompa, karena kontrak kita dengan mitra pelaksana gas lift sudah selesai,” tukas Defrie.
Di lapangan produksi Salawati, terdapat 22 sumur minyak yang sebagian besar sudah ditajak sejak tahun 70-an. Dari jumlah tersebut, yang kini masih aktif hanya 4 sumur; SLW–C2X, SLW-A9, SLW-N1X dan SLW-E1X dengan total produktivitas 245,59 BOPD. Hasil ini jauh melampaui produksi dari Top 5 sumur minyak di Lapangan Produksi Klamono; KLO-193, KLO-109, KLO-149, KLO-105 dan KLO-080, yang tercatat hanya 38,54 bopd.
Selain di Salawati dan Klamono, Pertamina EP juga mengekspolitasi sumur minyak di Lapangan Produksi Sele Linda serta Wakamuk. Total jenderal sumur yang dikelola PT Pertamina EP Papua Field sebanyak 230, dengan rincian; 130 sumur masih produksi, 69 sumur tidak produksi dan 31 sumur untuk injeksi.
Dari empat lapangan produksi itu, minyak yang berhasil di dulang Pertamina EP per 1 Oktober 2023 sebanyak 799,981 BOPD dan 0,755 MMSCFD gas.
“Bisa dibilang sumur di Lapangan Produksi Salawati sebagai tulang punggung Pertamina EP,” Hariyanto, Communication Relation & Community Involvement and Development (Comrel & CID) Zona 14 Subholding Upstream PT Pertamina EP Papua Field, Selasa (10/10/2023).
Kondisi sumur minyak yang dikelola Pertamina EP, rata-rata sudah uzur dengan produktivitas yang mulai menurun. Kondisi ini tak lepas dari rangkaian masa lampau, dimana ratusan sumur itu adalah peninggalan NNGPM (NamloseVenoodschaap Nederlandsche Niuew Guinea Petroleum Maatschappijj), perusahaan minyak kolonial Belanda. (Sejarah selengkapnya lihat grafis)
Bukan hanya di Lapangan Produksi Klamono kandungan minyak dalam perut bumi itu sudah lebih dulu di sedot oleh asing. Di Lapangan Produksi Salawati pun kondisinya tak jauh beda.
“Sebelum tahun 1984 lapangan minyak Salawati di kelola Philip Petroleum Co, kemudian di tahun 1984, dikelola oleh TAC Intermega dan berakhir kontrak Intermega di tahun 2015. Nah Tahun 2015 sampai sekarang dikelola oleh Pertamina EP sendiri,” urai Hariyanto.
Merawat sumur-sumur tua, bukan satu-satunya upaya Pertamina EP dalam menjaga sustainability produksi. Di luar itu, Kontraktor Kontrak Kerja Sama SKK Migas ini juga aktif melakukan study, seismik dan pemboran eksplorasi untuk menjawab arahan Presiden Joko Widodo, dalam menjaga keberlangsungan sumber energi masa depan.
Pada pidato kenegaraan dalam rangka HUT ke 76 RI tahun 2021 lalu, Jokowi menyebut perlunya menggalakkan kegiatan eksplorasi Migas, serta mempercepat peningkatan regulasi melalui One Door Service Policy (ODSP) dan insentif hulu migas.
Dari catatan media ini, Pertamina EP menyiapkan duit investasi sebesar 35 juta USD untuk melakukan kegiatan tersebut. Ada empat sumur yang menjadi target operasi Drilling Campaign Papua; Sumur SLW A9X di Salawati, Markisa (MKS 001), Kembo (KMO 001) dan Sumur Buah Merah. Dari keempatnya, hanya SLW A9X yang berstatus sumur pengembangan (eksploitasi). Sedang tiga sisanya, adalah sumur eksplorasi.
Subagyo, Kepala SKK Migas Perwakilan papua Maluku menyebut, eksplorasi sumur MKS 001 di Kampung Klamesen Distrik Mariat Kabupaten Sorong, Papua Barat oleh PT Pertamina EP Cepu Regional 4 Zona 14 Papua Field, diharapkan menjadi pemantik semangat kegiatan serupa di wilayah lain. Sumur ini ditajak pada 21 Juni 2022, menggunakan rig PDSI #28.2/D1000-E berkekuatan 1.000 tenaga kuda (horse power/HP) oleh PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI).
Baca juga : Eksplorasi Sumur Markisa Diharapkan Jadi Pendorong Aktivitas Hulu Migas
Harapan ini tak lepas dari posisi kegiatan pengeboran yang ada di ujung timur wilayah Indonesia, searah dengan perjalanan matahari yang terbit dari timur ke barat. “Setiap kegiatan yang dilakukan, setiap capaian yang dihasilkan di wilayah ini, tentu akan menjadi pemicu semangat bagi kegiatan hulu migas di wilayah lain,” ujar Subagyo.
Pengeboran sumur eksplorasi ini, disebut sebuah kebanggaan karena sumur MKS-001 adalah sumur eksplorasi pertama yang dibor PT Pertamina EP Papua Field Zona 14, setelah 8 tahun tidak ada aktivitas pengeboran eksplorasi di wilayah Papua.
Tajak sumur Markisa 001 dilakukan setelah PDSI menyelesaikan pemboran di sumur eksploitasi SLW A9X di Kampung Meyaup, Distrik Salawati Tengah Kabupaten Sorong. Eksploitasi di SLW-A9 yang menjadi daerah remote area, kata Subagyo, berakhir dengan baik. Operasional lebih cepat dari rencana dan menghasilkan hidrokarbon di atas target.
“SKK Migas menyampaikan apresiasi atas kegiatan pemboran sumur eksplorasi di wilayah kerja ini. Bumi Papua memiliki potensi migas yang menjanjikan dan saat ini merupakan salah satu kontributor utama dalam pencapaian produksi dan lifting migas secara nasional. Tahun ini, nominasi lifting kami sebesar 4,9 juta BBLS dan mudah-mudahan kita akan memenuhi target dimaksud,” katanya.
Sampai saat ini, kata Subagyo, Pertamina EP masih melakukan kegiatan eksploitasi tahap premier, dan perlu pengembangan ke tahap selanjutnya seperti penambahan teknologi. (tantowi djauhari)