Ruth Inanosa, Anak Suku Sumuri yang Berjuang Mandiri di Newcastle University, Inggris

0
347
Ruth Inanosa, anak suku Sumuri yang menempuh studi di Newcastle University.
Spread the love

NAMA lengkapnya Ruth Inanosa, dan biasa dipanggil dengan sapaan Ruth. Putri Suku Sumuri yang baru berusia 17 tahun ini, adalah anak salah satu suku asli di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Sudah hampir setahun ini ia menempuh studi di Newcastle University, Inggris.

Di negeri yang jauh dari kampung halamannya, Ruth mendalami ilmu tentang bisnis dan manajemen untuk jenjang Strata Satu (S-1). Keberangkatan perempuan kampung ke salah satu universitas terbaik di Britania Raya ini, menjadi gambaran nyata akan kualitas SDM anak negeri, khususnya anak Tujuh Suku Teluk Bintuni. Program Business and Managemen pada Newcastel University, merupakan salah satu program terbaik di Tanah Inggris.

Sebelum terpilih sebagai salah satu mahasiswa Newcastle University dari ribuan pendaftar, putri ketiga dari enam bersaudara anak-anak pasangan Benyamin Yokodus Inanosa dan Yustina Herlina Waicang ini mulai mengenal dunia pendidikan di TK Kristen Kalam Kudus Sentani, Jayapura.

Ruth yang lahir pada 25 Mei 2005 ini, kemudian sekolah di SD Kalam Kudus Sentani, dan melanjutkan SMP di SMP Papua Harapan. Ruth memulai mengenal pendidikan di luar papua ketika menginjak jenjang SMA. Ia menyelesaikan studinya di SMA UPH College, Karawaci, Tangerang.

Keputusan Ruth memilih Newcastle University sebagai tempat menimba ilmu lebih dalam, memberikan gambaran nyata adanya kemauan besar untuk belajar dari anak-anak tujuh suku Teluk Bintuni.

Di semester pertama kuliah pada 2022, Ruth telah menunjukkan kemampuan akademis yang membanggakan orangtuanya. “Dari laporan kemajuan belajar yang kami terima, hampir seluruh subject belajar di kampus pada jurusan yang diminatinya, Ruth mendapatkan nilai excellent,” kata Benyamin Inanosa, orangtua Ruth kepada media ini, Sabtu (1/4/2023).

Melihat hasil belajar yang hampir seluruhnya excellent, telah  menjadi contoh baik ditunjukkan Ruth yang mungkin akan menjadi role model bagi anak-anak Teluk Bintuni yang sedang menempuh pendidikan untuk dapat berkompetisi secara global.

Dukungan Pendidikan Terabaikan

Echon Waprak Masipa, tokoh pemuda Suku Sumuri menyebut, Ruth hanyalah salah satu fakta yang mencuat terkait potensi SDM anak-anak adat di tanah Sisar Matiti. Jika digali lebih jauh, banyak “Ruth” lain yang menjadi generasi tumpuan majunya pembangunan di Kabupaten Teluk Bintuni.

Echon Waprak Masipa

“Tapi problemnya adalah, tidak semua anak-anak Tujuh Suku di Bintuni yang seperti Ruth, memiliki kesempatan yang sama dan seberuntung dia. Orangtua mereka mungkin tidak mampu secara keuangan, meski anaknya memiliki kemauan besar dan semangat untuk belajar. Di sinilah sebenarnya kehadiran pemerintah daerah dibutuhkan,” ungkap Echon, yang juga Wakil Ketua Komite Transformasi dan Investasi Suku Sumuri.

Namun yang ia saksikan dalam sepuluh tahun terakhir, pengembangan pendidikan anak-anak Sumuri yang memiliki potensi, justru luput dari perhatian pemerintah daerah, bahkan dan cenderung terabaikan.

Echon bilang, Pemda Teluk Bintuni hanya sibuk dengan program pendidikan mercusuar, yang menghabiskan puluhan miliar anggaran namun hasilnya tak sepadan. Pemerintah Daerah dinilai sibuk menghimpun pujian di luar, dengan menghamburkan dana hibah miliar ketimbang mengalokasikan dana untuk membangun SDM anak negeri.

“Beberapa contoh, misalnya alokasi belanja daerah untuk mendukung pendidikan vocasional melalui pelatihan Petrotekno P2TIM, serta Pemda Bintuni masih lebih fokus pada pembangunan asrama polwan di Manokwari Papua Barat. Tapi Pemda justru lupa menyiapkan anak-anak negeri sebagai calon pemimpin di bidang industri yang ada di Sumuri,” ujar Echon.

Penegasan ini, kata Echon, bukan tanpa fakta. Ruth Inanosa, anak Sumuri yang menjadi mahasiswi di Newcastle University, adalah bukti nyata bagaimana seorang anak negeri berjuang secara mandiri untuk mengejar semangat studinya di luar negeri.

Ruth menjadi contoh menarik bagi pengelolaan pendidikan dan prioritas pendidikan bagi anak asli Teluk Bintuni, untuk menjadi generasi Bintuni Baru guna membangun Bintuni dimasa akan datang yang hingga kini dirasa belum mendapatkan perhatian optimal.

Berjuang Mandiri

Masih segar dalam ingatan Benny – sapaan Benyamin Inanosa, orangtua Ruth -, bagaimana ia dulu menyusun proposal pendidikan untuk diajukan ke Pemda Teluk Bintuni, dan juga perusahaan migas yang beroperasi di Sumuri. Harapannya hanya satu. Anak-anak Suku Sumuri, termasuk Ruth, bisa mendapatkan dukungan biaya pendidikan yang berkualitas.

Sejak mempersiapkan kuliah pada bulan Februari 2022, hingga saat ini Ruth telah mengirimkan sebanyak lebih dari 3 kali proposal kuliah ke Pemda Kabupaten Teluk Bintuni. Namun jawaban yang diterima adalah, masih menunggu telaah atau kajian.

Permohonan dukungan pendidikan luar negeri, pernah disampaikan Benny ke SKK Migas Perwakilan Papua Maluku di Sorong pada Februari 2022. Proposal ini berlanjut pada bulan Juli 2022, bulan Agustus 2022  dan bulan November 2022.

“Namun hingga hari ini, tidak ada tanggapan SKK Migas apakah bisa memanfaatkan dana Tanggung Jawab Sosial (CSR) untuk hal dimaksud?” ungkap Benny.

Benny berdalih, keberadaan BP Indonesia sebagai perusahaan multinasional di sektor hulu migas yang beroperasi di Tanah Sumuri, maupun Genting Oil Kasuari yang saat ini merayu tetua adat Sumuri agar menyerahkan tanahnya untuk kelangsungan operasional perusahaan, cukup menjadi dasar anak-anak Sumuri mendapatkan haknya dalam hal dukungan pendidikan.

“Namun faktanya, seluruh pembiayaan Ruth saat ini menjadi tanggungan keluarga. Kami tahu dan sadar, pendidikan seperti ini tidak murah apalagi dengan sekolah yang memiliki reputasi global. Namun semangat anak ini telah memberikan satu kepercayaan bagi keluarga kami, selalu masih ada matahari untuk besok hari dan harapan itu selalu bahwa semua akan indah pada waktunya,” tukasnya.

Benny mengajak seluruh keluarga di Teluk Bintuni, untuk tetap semangat untuk memastikan anak anak mendapat pendidikan cukup dan berkualitas, tanpa atau dengan dukungan sponsor.

Pasalnya, pendidikan berkualitas adalah jembatan menuju kemandirian. Termasuk kerinduan anak anak sumuri  untuk mendapatkan pendidikan terbaik dan berkualitas untuk menyiapkan masa depan.  Secara alami kemampuan anak anak terus diasah untuk berkompetisi baik lokal, regional,  nasional maupun internasional dari dari waktu ke waktu.

“Hanya suara hati saja yang dapat menjawab semuanya,” tukas Echon. JP01

Google search engine

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here