
- Teluk Mayalibit menjadi salah satu penyumbang perburuan ilegal satwa dilindungi yang cukup tinggi, penebangan pohon secara berlebihan dan penangkapan sumber daya laut yang tak ramah lingkungan.
- BBKSDA Papua Barat menjalankan program KTH bagi masyarakat kampung yang berada di wilayah penyangga kawasan cagar alam, sebagai solusi mencegah kerusakan hutan.
- Saupon Adventure Village banyak dikunjungi turis asing, dan menggerakkan roda ekonomi masyarakat Kampung Waifoi.
USIANYA masih belasan. Namun urusan memburu satwa liar, Zakarias Gaman terbilang pakar. Taktik menaklukkan satwa di hutan itu ia pelajari dari orangtua, dan juga teman sepermainan di kampung sejak umurnya belum genap 10 tahun.
Zaka, begitu ia akrab disapa, menjadikan aktvitas berburu sebagai jalan mendapatkan cuan. Bersamaan muncul matahari di ufuk timur, ia sudah bersiap dengan peranti tradisional perburuannya. Lem, sepotong dahan kayu, benang nilon, dan satu individu burung yang sudah jinak sebagai umpan.
Modus operandinya, Zaka mengikat dahan kayu yang sudah dilumuri lem pada cabang pohon di ketinggian. Burung jinak yang menjadi umpan dengan kaki terikat pada tenggeran, digantung berdekatan. Lengkingan suara umpan, akan mengundang satwa sejenis yang masih terbang di alam bebas, menjadi burung sial yang bertengger di batang dahan penuh lem.
“Nanti setelah kita bersihkan lemnya, baru kita jual,” kata Zaka, dalam obrolan dengan saya pada Sabtu, 4 Oktober 2025.
Dari perburuan pada 17 tahun silam itu, dalam sehari Zaka biasa memperoleh lima individu nuri kepala hitam (Lorius lory) atau kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea). Jika nasibnya mujur, burung cenderawasih merah (Paradisaea rubra) pun bisa ia bawa pulang. Tapi cara menangkap jenis burung surga ini, berbeda dengan memburu keluarga paruh bengkok.
Zaka dan sebagian besar penduduk Kampung Woifoi, menjerat cenderawasih dengan jaring nilon. Menggunakan buah sebagai umpan, perangkap itu dipasang di ketinggian dahan yang sudah ditandai sebelumnya sebagai tempat bermain cenderawasih.
“Kita pasang umpannya di jaring, kita tunggu di bawah. Nanti kalau burung datang makan buahnya, tinggal kita ciki (tarik). Pasti kena itu,” tutur Zaka.
Lokasi perburuan, berjarak sekira 2 kilometer dari rumahnya di Kampung Waifoi, Distrik Tiplol Mayalibit Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. Satwa yang menjadi target perburuan Zaka dan para warga di Waifoi, kebanyakan burung endemik Papua yang langka serta dilindungi negara dari kepunahan.
Di pasar gelap pulau jawa, jenis burung-burung ini memiliki nilai ekonomis tinggi. Para kolektor berani merogoh kantong lebih dalam demi mengoleksi satwa dilindungi tersebut. Di Sorong, saya pernah bertanya harga jualnya di penampung. Untuk nuri kepala hitam, satu individu dibanderol Rp 200.000. Untuk jenis cenderawasih, paling rendah dihargai Rp 2,5 juta. Tetapi dari tangan Zaka, satwa endemik itu ditukar dengan uang receh. Untuk satu individu nuri kepala hitam, biasa ia lepas seharga mulai Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu. Nilainya sedikit naik menjadi Rp 100 ribu ketika yang dijual kakatua jambul kuning. Awak kapal berbendera asing yang berlabuh di Lamlam, menjadi pelanggan tetap para pemburu dari Kampung Waifoi. “Kalau cenderawasih agak mahal, 200 ribu per ekor,” tukas Zaka.

Secara turun temurun, sebagian besar mata pencaharian masyarakat Kampung Waifoi adalah berburu di hutan, nelayan dan petani sagu. Kebiasaan ini karena potensi alam dan kelautan Kampung Waifoi sangat melimpah. Hutan di kawasan Teluk Mayalibit, sebagai salah satu habitat burung yang dilindungi seperti kakatua koki (Cacatua galerita), nuri bayan (Eclectus roratus), kasturi kepala hitam (Lorius lory), rangkong papua (Rhyticeros plicatus), hingga cenderawasih merah.
Fakta ini dikonfirmasi Mutiono, mantan Penyuluh Kehutanan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat yang saya hubungi pada Senin, 6 Oktober 2025. Ia menyebut, sebagai kampung yang masih sangat tradisional dan masuk dalam kategori 3T (tertinggal, terdepan dan terluar), perburuan dan perdagangan spesies burung yang dilindungi cukup masif dilakukan warga Waifoi.
Wilayah Teluk Mayalibit menjadi salah satu penyumbang perburuan ilegal satwa dilindungi yang cukup tinggi, penebangan pohon secara berlebihan dan penangkapan sumber daya laut yang tak ramah lingkungan.
Kondisi ini meresahkan Kafiar Cristian Maurits, aktivis lingkungan mitra BBKSDA Papua Barat, yang bernaung di bawah bendera Fauna & Flora. Lelaki Papua yang lahir dan besar di Wamena ini mendekati penduduk setempat, berbicara dengan ikatan emosi sebagai sesama anak negeri. Rits, begitu ia akrab disapa, intens membahas pentingnya menjaga konservasi demi anak cucu.
Merusak hutan dan memburu satwa dilindungi, hanyalah keuntungan sesaat. Maurits dengan lugas menyampaikan itu, berkaca dari pengalamannya sebagai seorang pemburu cenderawasih dan satwa endemik papua lain yang dilindungi. Syahdan, Maurits yang dulu rajin berburu di hutan Wamena, kini telah bertobat. Ia berbalik arah menjadi pelopor kampanye pentingnya menjaga kelestarian potensi alam hutan Papua.
Secara perlahan, ajakan Maurits mulai mendapat respon positif dari masyarakat. Ia lantas mengunjuk rekomendasi kepada BBKSDA Papua Barat, untuk pembentukan Kelompok Tani Hutan (KTH) di Kampung Waifoi. Tahun 2018 menjadi titik balik perubahan perilaku masyarakat Waifoi. Mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.89/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 tentang Pedoman Kelompok Tani Hutan, Zakarias Gaman, Laorens Gaman, Yopi Gaman bersama 12 orang lainnya dari Kampung Waifoi, menjadi perintis terbentuknya KTH Waifoi.
Saupon menjadi sentral pengembangan ekowisata di Waifoi. Kata aslinya adalah Saopon, namun karena pelafalan dan lebih sering diucapkannya dengan kata Saupon, belakangan tempat ini lebih dikenal dengan sebutan Saupon. Dalam bahasa Ambel, bahasanya masyarakat suku Maya di Waifoi, Saopon berarti ‘Tempat Singgah’. Dulu sebelum berdiri homestay, di lokasi ini sering menjadi persinggahan masyarakat yang beraktivitas ke hutan atau melaut dan menyusuri mangrove hutan. Masyarakat datang untuk beristirahat. Setelah mendirikan homestay di antara pohon mangrove, Zaka dan kawan-kawannya, menamai Saupon Mangrove Homestay.
Pada awal inisiasi, pengurus KTH Waifoi hanya menyediakan dua rumah singgah dengan daya tampung empat orang, bagi wisatawan yang ingin transit dan menginap di tengah hutan mangrove. Saat ini, fasilitas meningkat signifikan menjadi lima unit homestay, dengan daya tampung 20 orang wisatawan. Perlengkapan kamarnya memadai. Juga disiapkan kelengkapan APD bagi wisatawan yang akan masuk ke hutan. KTH Waifoi juga memiliki speed boat dan longboat untuk tamu, serta perlengkapan patroli yang cukup. Saupon Mangrove Homestay menjadi brand yang dipopulerkan dalam setiap promosi wisata. ***

KAMPUNG Waifoi, secara definitif diakui sebagai desa oleh Pemerintah Daerah pada tahun 1972. Nama Waifoi berasal dari dua suku kata bahasa Ambel, bahasa suku Maya, salah satu suku asli di wilayah Kepulauan Raja Ampat. Wai berarti air dan Foi yang berarti pohon kayu. Secara harfiah, Waifoi diartikan sebagai desa dengan air yang mengalir di bawah pohon. Karakteristik geografis yang luas dan memiliki sumber air yang baik serta tanah subur, menggugah lima keluarga marga Gaman memulai membangun kawasan permukiman Waifoi. Zakarias menyebut, marga asli penghuni kampung ini adalah Gaman, Warkafat, Nok dan Dawa.
Kampung Waifoi berada di ujung Teluk Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. Saya berkesempatan mengunjungi kampung ini pada Sabtu, 4 Oktober 2025. Bersama belasan wartawan dan sejumlah perwira PT Pertamina Kilang Internasional Refinery Unit VII Kasim, dari Waisai, ibukota kabupaten, kami menempuh perjalanan sekira 2 jam menggunakan speed boat dengan tiga mesin tempel 250 paarden kracht (pk).
Lokasi Kampung Waifoi berbatasan langsung dengan Kawasan Cagar Alam Waigeo Timur (CAWT). Kawasan ini ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor SK.3689/MENHUT-VII/KUH/2014 tanggal 5 Agustus 2014. Dalam SK tersebut diurai, luas CAWT yang mencapai 103,866.06 hektare, pengelolaannya dibagi dalam beberapa blok kawasan; Blok perlindungan seluas 103.757,56 hektare, Blok rehabilitasi seluas 445,54 hektare, Blok khusus 15,73 hektare dan Blok religi seluas 194 hektare. Pembagian ini berdasarkan Keputusan Direktur KSDAE Nomor SK.117/KSDAE/SET/KSA.0/3/2018.
Mutiono, mantan Penyuluh Kehutanan BBKSDA Papua Barat menyebut, Kampung Waifoi memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah dengan hutan alam tropis di belakang kampung, hutan mangrove yang membentang luas di sepanjang pesisir pantai, dan laut Teluk Mayalibit yang menghampar biru di depan Kampung Waifoi yang asri. Masyarakatnya yang menggantungkan hidup pada sumber daya alam, maka, kata Mutiono, sumber daya alam itu sendiri yang akan paling terdampak seiring meningkatnya kebutuhan hidup.
Meski telah dibentuk KTH Waifoi pada 2018, perkembangan di kawasan penyangga CAWT itu belum menunjukkan perubahan signifikan. Sepanjang tahun, tempat ini hanya dikunjungi 13 turis. Kondisi ini tersebab belum adanya pendamping dari balai, yang secara khusus mendampingi KTH Waifoi. “Saat itu jumlah Penyuluh Kehutanan di BBKSDA Papua Barat terbatas. Satu orang penyuluh bisa mendampingi beberapa KTH,” kata Mutiono.
KTH Waifoi mulai menggeliat ketika Mutiono secara khusus ditunjuk sebagai pendamping di KTH Waifoi. Dengan penyusunan program yang fokus dan promosi yang berkelanjutan, pengunjung di Saupon Mangrove Homestay mulai bertambah. Tahun 2019 tercatat 42 turis asing menginap di tempat ini.
KTH Waifoi menawarkan konsep ekowisata yang berbeda dengan wisata di Raja Ampat yang pada umumnya menyuguhkan atraksi berbasis laut (snorkling/diving). Di Saupon Mangrove Homestay, wisatawan ditawarkan berbagai potensi keindahan alam, keanekaragaman hayati, dan budaya lokal masyarakat setempat sehingga lebih bernuansa konservasi dan edukasi.
Setiap tamu yang datang, akan disambut tarian lokal dengan lagu daerah yang diiringi seruling tambur serta ukulele. Sajian ini menjadi atraksi pembuka, sebelum menikmati suguhan atraksi selanjutnya. Ragam atraksinya, antara lain menjelajahi sungai mangrove sepanjang sekira 1 kilometer dengan kondisi tegakan mangrove yang masih terjaga alami, menangkap kepiting bakau dan kepiting rajungan di malam hari dengan cara tradisional. Atraksi ini lazim mereka sebut ‘balobe’.

Aktivitas masyarakat lokal menokok sagu, mulai dari proses menumbuk hingga memperoleh sari sagu, juga menjadi suguhan atraksi untuk wisatawan asing. Kemudian mengenal dan melepas teripang di keramba budidaya teripang KTH, atau menikmati matahari terbit dan terbenam di puncak bukit dipadu birunya air laut, hijaunya hamparan hutan serta pulau-pulau kecil.
Tawaran yang tak kalah menantang, setiap tamu asing yang berkunjung, akan diajak menyapa anak-anak di kelas SD Waifoi, ketika kedatangan mereka bertepatan dengan hari masuk sekolah. Mereka wajib masuk ruang kelas, berbagi pengalaman dan memberikan motivasi kepada anak-anak SD Kampung.
“Ini sebagai pelajaran sejak dini yang kami tularkan kepada generasi masa depan Kampung Waifoi, bahwa dengan menjaga hutan, kita bisa punya banyak teman dari berbagai negara,” kata Zakarias Gaman.
Yang menjadi unggulan adalah atraksi forest healing dan jugle trekking, dengan mengajak wisatawan menyusuri hutan yang masih alami sambil mengenalkan potensi flora fauna yang ada di dalamnya. Saat pagi, para tamu bisa menikmati atraksi tarian dan kicauan cenderawasih merah di alam liar (birdwatching).
Kata Mutiono, dengan Saupon Mangrove Homestay, tercipta ragam peluang bagi anggota KTH seperti menjadi guide lokal, pengolah dan penyaji masakan, cleaning service, serta pengantar dan jemput tamu. Mereka mendapatkan uang dari semua jasa itu, dan pembagian diatur secara proporsional oleh pengurus KTH.
“Tanpa adanya komitmen KTH untuk menjaga alam dan budaya mereka, atraksi atraksi tersebut tidak akan dapat ditawarkan kepada wisatawan. Artinya, keberlanjutan ekowisata di Waifoi selaras dengan kelestarian alam dan budaya mereka,” katanya. ***
KONSERVASI adalah kerja yang melintasi ruang dan waktu. Kolaborasi dalam kerja-kerja konservasi adalah keniscayaan. Inilah penegasan populer Maurits Cristian Kafiar, Empowerment of Indigenous Communities and Spatial Planning Coordinator Fauna & Flora Tanah Papua. Baginya, pemberdayaan masyarakat di Kampung Waifoi melalui pembentukan KTH, adalah wujud kolaborasi yang apik dalam menjaga kelestarian kawasan CA oleh kampung penyangga.
Maurits bilang, terciptanya ekowisata Saupon merupakan hasil kerja kolaborasi antarlembaga yang mampu bersama-sama saling menggiatkan tugas dan fungsinya, dengan melepas belenggu egosektoral. Semuanya saling bahu membahu menjaga cagar alam, dengan bertumpu pada landasan konservasi yang kuat. “Ini adalah praktik kolaborasi yang nyata dan efektif dalam mengharmonisasikan aspek sosial, ekonomi dan ekologi yang berkelanjutan,” katanya.
Bagaikan sebuah mesin, semua unsur telah menyatu menjadi roda gigi yang saling terhubung. Pemerintah dapat mengembangkan program yang kontekstual sesuai bidangnya melalui partisipasi masyarakat yang aktif. Badan Usaha memberikan tanggung jawab sosial lingkungannya sesuai kebutuhan prioritas masyarakat. LSM dapat menjadi fasilitator pendukung berbagai program pemerintah dan badan usaha agar tepat sasaran. Sedangkan masyarakat melalui kearifan lokal dan modal sosialnya, menguatkan trust dengan menjalankan berbagai program dengan penuh semangat dan motivasi yang tinggi.
Dengan kebutuhan dasar yang terpenuhi, biodiversitas yang memberikan manfaat dan relasi yang saling menguatkan, penduduk Waifoi melalui KTH, mampu berdaya saing di jalur konservasi. Dalam perjalanannya, eksistensi KTH Waifoi ditopang oleh multipihak. Sebagai penyuluh kehutanan yang mendapat mandat mendampingi Zakarias Gaman dan kawan-kawan, Mutiono berperan layaknya konektor. Ia menghubungkan KTH Waifoi dengan berbagai kalangan, mulai sektor pemerintahan hingga BUMN.
Kata Mutiono, terciptanya kolaborasi di ujung Teluk Mayalibit berawal dari rasa saling percaya yang terbangun. Saat awal ditunjuk sebagai pendamping, Mutiono tidak mengenal Zakarias Gaman dan kawan-kawannya. Komunikasi keduanya hanya melalui saluran telepon. Itu pun bisa tersambung ketika Zakarias naik ke punggung bukit untuk mendapatkan sinyal.
“Saat itu kami mau memberikan bantuan uang untuk jembatan kayu di dermaga Saupon. Saya bilang ke Kaka Zaka, ini bagaimana caranya? Kita belum pernah ketemu, komunikasi hanya melalui telepon. Lalu saya bilang lagi ke dia, kita saling percaya saja. Saya kirimkan uangnya, nanti progres pembangunan tolong disampaikan ke saya,” ungkap Mutiono, mengenang awal pendampingannya.
Alhamdulilah, lanjut Mutiono, rasa saling percaya itu terjaga dan berjalan dengan baik. Setiap progres pembangunan fasilitas di Saupon, didokumentasikan dan secara periodik dilaporkan Zakarias melalui komunikasi percakapan WA. Puncaknya, jembatan yang diberi nama Dermaga Wiratno itu, diresmikan pada 24 November 2021, bersamaan puncak perayaan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Wiratno adalah Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK.
Mutiono mengaku, pendekatan yang dilakukan bukan pendekatan tunggal yang menentukan keberhasilan. “Banyak kegagalan juga di tempat lain sehingga perlu dipahami bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan di Waifoi. Termasuk masyarakatnya yang mau terbuka, mau belajar, dan tidak lepas dari sosok local hero (Zakarias Gaman, Ketua KTH) yang mampu mengkoordinir anggota dengan baik dan mampu berkomunikasi dengan stakeholders dengan efektif,” ungkapnya.
Peran perusahaan seperti Pertamina Kilang, kata Mutiono, cukup membantu meringankan beban BBKSDA dalam merangkul masyarakat di sekitar kawasan untuk menjaga kelestarian hutan. Di wilayah kerja BBKSDA Papua Barat, teridentifikasi 447 kampung yang posisinya sebagai penyangga kawasan hutan. Dari jumlah itu, pada 2023 baru terbentuk 42 KTH dari target minimal hingga akhir 2024 sebanyak 50 KTH.
“Kami sangat senang tentunya, Pertamina RU VII Kasim memiliki komitmen mendukung pengembangan di Kampung Waifoi melalui Saupon Adventure Village hingga setidaknya 5 tahun ke depan,” lanjut Mutiono.
Kehadiran Pertamina Kilang Internasional RU VII Kasim dalam kongsi ini, juga imbas rasa saling percaya atas sebuah komitmen. Kilang Kasim bukan mitra baru bagi BBKSDA Papua Barat. Pengolah crude oil di Distrik Seget, Kabupaten Sorong ini telah jatuh hati dengan dunia konservasi sejak beberapa tahun sebelumnya. Dalam kerjasama yang tertuang pada perjanjian Nomor PKS.67/K.7/TU/REN/4/2018 dan Nomor 013.E17000/2018-S2 tanggal 17 April 2018, Kilang Kasim aktif dalam penguatan fungsi dan dukungan terhadap penyelenggaraan konservasi In-Situ dan Ex-Situ Tumbuhan dan satwa liar dilindungi di Papua Barat.
Namun kerjasama ini telah berakhir pada 16 April 2023. Johny Santoso, Kepala BBKSDA Papua Barat Daya saat itu, melontarkan gagasan memperpanjang ikatan kongsi. Johny menambah jangkauan kerjasama dengan memadukan proyek perubahan yang ia gagas kala mengikuti pendidikan dan pelatihan kepemimpinan (diklatpim). Gayung pun bersambut. Perpanjangan kerjasama dituangkan dalam surat bernomor PKS.36/K.7/TU/KSA.2.5/07/2024 dan SPK-002/KPI49A00/2024-S0 tentang Penguatan Fungsi Melalui Dukungan Penyelamatan Satwa, Operasionalisasi Pusat Konservasi Satwa Khusus (PKSK) dan Pemberdayaan Masyarakat. Pada 12 Juli 2024, perjanjian ini ditandatangani Johny Santoso selaku Kepala BBKSDA Papua Barat dan Yodia Handhi Prambara, GM Refinery Unit VII Kasim.
Dalam kerjasama ini, ruang lingkup yang awalnya hanya terkonsentrasi di Taman Wisata Alam (TWA) Kota Sorong, ditambah dengan pengembangan usaha dan pengembangan sumber daya manusia pada KTH Waifoi di sekitar CA Waigeo Timur dan KTH Warkesi di CA Waigeo Barat. Johny Santoso merayakan kerjasama itu dengan merilis proyek perubahan berlabel label KOMPAK (Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Kampung Penyangga Kawasan Konservasi) di Kabupaten Raja Ampat pada 12 hingga 14 September 2023. Selain melibatkan PT KPI RU VII Kasim, BBKSDA juga mengajak Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, Dinas Perikanan Kabupaten Raja Ampat, NGO Fauna & Flora, KTH Warkesi, KTH Woifoi, KTH Kalitoko, serta Staf Ahli Direktorat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Di hari pertama, rombongan besar ini mengunjungi lokasi KTH Warkesi yang dijadikan tempat pengamatan burung (birdwatching) cenderawasih. Di Warkesi, Kilang Kasim membangun Gapura Selamat Datang dan perawatan beberapa sarananya. Sedangkan di Waifoi, restorasi dua homestay dilakukan bersamaan membangun tiga unit homestay baru.
“Yang dulunya hanya ada dua (homestay), sekarang sudah lima. Bulan lalu kita juga baru meresmikan dapur untuk mama-mama memasak, melayani para tamu yang datang,” kata Area Manager Communication, Relation, CSR & Comp. PT Kilang Pertamina Internasional RU VII, Ferdy Saputra, Sabtu, 4 Oktober 2025.

Ferdy menyebut, program kerja sama untuk menjaga konservasi keanekaragaman hayati ini, sejalan dengan upaya perusahaan dalam menjalankan bisnis yang mengacu pada prinsip-prinsip Environmental, Social, & Good Governance (ESG). Langkah ini juga selaras dengan Program Kerja Prabowo yang terangkum dalam Asta Cita, dalam hal mendorong kemandirian bangsa melalui Ekonomi Hijau; Melindungi keanekaragaman hayati, flora dan fauna berdasarkan kearifan lokal sebagai bagian dari aset bangsa.
Kendati Waifoi jauh dari pusat operasional Kilang Kasim, tetapi komitmen perusahaan dalam turut menjaga kelestarian alam, menjadi alasan untuk ambil bagian dalam memoles ekowisata Saupon bersama KTH Waifoi. Ada pola yang mulai berubah dalam pelaksanaan CSR Kilang Kasim. Perusahaan mengurangi pemberian bantuan yang bersifat charity. Bambang Imawan, Officer CSR Kilang Kasim mengatakan, dirinya akan duduk berembug dengan kelompok masyarakat calon penerima bantuan.
“Kita diskusikan, apa yang menjadi kebutuhanya. Kita tanyakan butuhnya apa? Jadi kita tidak ujug-ujug datang membawa bantuan,” kata Bambang.
Dari bantuan yang digulirkan Kilang Kasim, muaranya diarahkan pada kemandirian masyarakat, baik dalam pelaksanaan program maupun mandiri dari sisi ekonomi. Ada evaluasi dan monitoring selama program berjalan, untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk exit program. Tahun ini, dana CSR Rp 200 juta digelontorkan Kilang Kasim untuk pengembangan ekowisata Waifoi. Bersamaan dengan penyerahan bantuan pada Minggu, 14 September 2025, manajemen Kilang Kasim melakukan pembaruan citra dengan me-rebranding nama Saupon Mangrove Homestay, menjadi Saupon Adventure Village. ***
KENDATI tersembunyi di balik rimbunnya hutan mangrove, Saupon Adventure Village mampu mencuri perhatian para turis yang datang ke Raja Ampat. Keluarga Alex Annelies dari Belgia yang menginap tiga hari di Saupon Homestay pada pertengahan Agustus 2025, meninggalkan kesannya; Very beautiful place.. simple and clean with unspoiled nature all around. Lovely and nice people.. nice food. Interesting and beautiful trips to view point. Thank you so much.
“A new experience for us ! Living in the jungle was amazing. We enjoyed the calm, the area, the people and the delicious food. Thank you for your kindness,” tulis Sandra Julien, turis Australia yang datang pada awal 3 Agustus 2025.
Awal dirintis pada 2018, Saupon Adventure Village hanya kedatangan 13 tamu. Kata Zakarias Gaman, Ketua KTH Waifoi, turis pertama yang berkunjung berasal dari Afrika. Tahun berikutnya, jumlah tamu yang datang bertambah menjadi 42 orang. Badai Covid-19 yang menghantam di tahun 2020, menggerus kunjungan turis di Waifoi. Masa sulit ini digunakan pengurus KTH Waifoi untuk berbenah.
Geliat jumlah tamu yang datang kembali terasa pada tahun 2022, dan puncaknya pada 2023. Dalam satu tahun, Saupon Adventure Village menerima kunjungan sebanyak 120 tamu dari 17 negara. Nilai ekonomi yang berputar dari wisata ini, tercatat Rp 330 juta.
Bulan Agustus sampai Desember, kata Zakarias, menjadi masa peak season kunjungan di Saupon. Setiap hari minimal ada tiga tamu asing yang datang. Pengurus KTH Waifoi mengutip uang jasa sebesar Rp 550 ribu/orang, untuk jasa menginap di homestay. Tarif itu sudah include dengan sajian makan siang dan malam. Untuk menyaksikan atraksi, setiap tamu membayar jasa pemandu lokal Rp 300 ribu/atraksi. Uang ini sepenuhnya menjadi hak pemandu, tidak masuk dalam pengelolaan pengurus KTH.

Uang jasa yang dikelola pengurus KTH Waifoi, dibagi secara proporsional kepada setiap individu yang terlibat. Mulai dari mama-mama juru masak hingga tukang kebersihan. Selebihnya, disimpan sebagai uang kas KTH untuk ongkos perawatan fasilitas homestay. Penduduk dari kampung sekitar Waifoi, juga mulai datang mengikuti aktivitas yang dilakukan KTH Waifoi di Saupon Adventure Village untuk belajar.
“Ya cukuplah. Biasa terima 300 ribu sehari,” kata Yakomina Mamoribo, salah seorang mama Papua yang menjadi juru masak.
Hadirnya turis asing di Kampung Waifoi, menumbuhkan rasa percaya diri Zakarias Gaman dan anggota kelompoknya. Meski tinggal di pelosok kampung dengan segala keterbatasannya, mereka tetap bangga dengan hutan dan potensi kehati yang ada di sekitar kampungnya. Tersebab itu, mereka dikenal dunia, mendapat penghargaan, dapat bermitra dengan strakeholders, serta menjadi harapan baru bagi anak-anak muda kampung yang tidak mampu merantau karena keterbatasannya untuk belajar dan mengembangkan diri.
Saat awal dibentuk pada 20 Oktober 2018, anggota kelompok hanya 15 orang. Kamis, 30 Maret 2023, pengurus KTH Waifoi melakukan pembaruan jumlah anggota menjadi 32 orang. Pengurus dan anggota baru ini kemudian dikukuhkan oleh Kepala Kampung Waifoi, Matius Gaman, melalui surat bernomor 140/KW/V/2023 tertanggal 31 Maret 2023.
Saat ini, KTH Waifoi telah mengembangkan 9 atraksi wisata. Untuk menarik lebih banyak kunjungan turis asing, pengurus KTH mencetak brosur promosi berbahasa inggris. Selain berisi potensi wisata yang disajikan, juga ditawarkan kemasan Ridge to Reef Adventure, paket wisata 3 hari 2 malam dengan dua paket pilihan; Gold dan Silver.
Untuk paket gold, tamu akan dijemput menggunakan speed boat yang berpenumpang mulai empat orang hingga sepuluh orang. Di paket ini, tarif yang dipatok mulai Rp 4.150.000/orang hingga Rp 6 juta/orang. Semakin banyak peserta, semakin murah. Lalu untuk paket silver, tamu akan dijemput menggunakan long boat dengan peserta maksimal 4 orang. Tarif di paket ini, sebesar Rp 2,8 juta/orang untuk peserta empat orang, dan Rp 4,5 juta/orang untuk peserta dua orang.

Tak hanya dipromosikan secara lokal. Potensi Waifoi juga dibawa dalam pertemuan-pertemuan lintas negara di luar negeri. Seperti yang dilakukan Mutiono, penyuuh kehutanan BBKSDA Papua Barat yang menjadi pendamping KTH Waifoi. Dalam forum “58th Annual Meeting of the Association for Tropical Biology and Conservation” di Kota Cartagena City, Colombia tahun 2022, Mutiono membawa materi presentasi berjudul; Conservation Lifestyle: A Formula for Local Communities Empowerment in Tropical Forest Case Study of West Papua, Indonesia.
“Karena pesertanya cukup banyak dari region Eropa dan Amerika, kita ambil momen saja untuk membantu promosikan Waifoi. Karena mereka belum terlalu banyak mengenal Indonesia. Belum tahu pada tahu ada alternatif wisata yang terestrial di Waifoi. Alhamdulillah mendapat banyak respon positif dari mereka,” tutur Mutiono.
Tak hanya menarik minat kunjungan wisatawan mancanegara. Aktivitas KTH Waifoi dengan pendampingan multipihak, telah menorehkan catatan prestasi dan pengakuan dari negara. Tahun 2021, KTH Waifoi mendapatkan penghargaan dari Direktur Jenderal KSDAE sebagai Desa Binaan Terbaik ke-3 Nasional. Penobatan ini disampaikan saat puncak perayaan Hari Konservasi Alam Nasional di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tahun 2024, Waifoi dinobatkan sebagai Kampung Ramah Satwa. Penghargaan dari Menteri KLHK ini diterima Zakarias Gaman saat perayaan HKAN di Boyolali, Jawa Tengah.
Secara berturut-turut, tahun 2022 dan 2023, KTH Waifoi menjadi utusan Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat untuk mewakili Pemerintah Daerah, mempromosikan wisata Raja Ampat dalam gelaran Deep and Extreme Indonesia Expo di Jakarta.
Yang tak kalah membanggakan bagi KTH Waifoi, imbas dari aktivitasnya itu, sudah dua anak dari anggota KTH yang diterima masuk sekolah di SMK Kehutanan di Manokwari, Papua Barat. Kata Zakarias, ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat kampung, karena ada anak-anak dari kampung pelosok yang aksesnya dalam jenjang pendidikan terbatas, bisa melanjutkan sekolah SMK di luar kota, dengan biaya sepenuhnya ditanggung negara.
Kendati sudah menghasilkan performa positif, kata Mutiono, masih perlu banyak dukungan yang diperlukan agar Kampung Waifoi, terutama dalam kerangka Saupon Adventure Village dapat semakin adaptif, mandiri, dan berkelanjutan. Sehingga ke depan, Waifoi dapat menjadi contoh nyata bahwa masyarakat Papua dengan alam, budaya, dan keanekaragaman hayati yang terjaga, mereka dapat berdaya dan sejahtera.
Baca juga: Kampung Adat Malasigi; Berkilau di Balik Rimbunnya Hutan Hujan Tropis Papua
Disela-sela melayani tamu yang datang, anggota KTH Waifoi rutin melakukan pengawasan kawasan. Mereka membentuk tim Spatial Monitoring and Reporting Tool (SMART) Patrol, sebagai wujud komitmen dalam menjaga sumber daya alam dan keanekaragaman hayati. SMART Patrol mulai aktif dilaksanakan sejak tahun 2021 oleh 6 orang anggota.
Tim ini bertugas melakukan patroli, mendata potensi keanekaragaman hayati, permasalahan dan ancaman serta mengambil tindakan yang diperlukan, untuk meminimalisir aktivitas yang dapat merusak sumber daya alam baik di darat maupun di laut. Setiap bulannya, tim ini patroli menyusuri hutan antara 3 sampai 5 hari.
Dari 2021 hingga 2023, tim SMART Patrol tercatat telah mengumpulkan informasi mengenai keanekaragaman hayati pada hutan mangrove, hutan dataran rendah, dan hutan submontana dengan titik temuan sebanyak 558, meliputi tumbuhan, jamur, burung, insekta, reptil, dan amfibi. “Beberapa jenis yang telah teridentifikasi, yaitu 147 jenis tumbuhan, 2 jenis mamalia, 19 jenis amfibi, 13 jenis reptil dan 58 jenis anggrek,” kata Mutiono.
Identifikasi potensi keanekaragaman hayati di sekitar Kampung Waifoi ini, membuat mereka semakin mengenal dan paham kekayaan hayati yang ada di sekitarnya. Dengan mengambil dokumentasi anggrek dan menyimpannya, memudahkan mereka menghafal lokasi temuan dan menuntun wisatawan yang datang ingin melihat.
Tim ini juga aktif dalam forum kolaboratif pencegahan tindak pidana lingkungan hidup dan kehutanan. Pada 2021, KTH Waifoi mengikuti workshop sinergi dalam pencegahan dan penindakan terhadap tindak pidana kehutanan di Raja Ampat. KTH Waifoi masuk dalam susunan Forum Kolaboratif Tindak Pidana Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Wilayah Raja Ampat. Susunan forum ini di leges melalui Surat Keputusan Kepala BBKSDA Papua Barat Nomor: SK.116/K.7/TU/UM-1/03/2021 tanggal 9 Maret 2021 tentang Penetapan Forum Kolaboratif Tindak Pidana Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Wilayah Raja Ampat.
Menjadi bagian dari Forum Kolaboratif, selain patroli secara mandiri KTH Waifoi aktif patroli bersama masyarakat mitra polhut yang dilaksanakan oleh BBKSDA Papua Barat. Perubahan perilaku ini, berdampak pada terjaganya ekosistem mangrove yang masih alami, lestarinya hutan Cagar Alam Waigeo Timur, serta hutan tropis dataran rendah dan hutan submontana yang berdampingan dengan Kampung Waifoi.
“Tak ada lagi penebangan pohon dan perburuan satwa dilindungi di Waifoi. Sekarang kami yang menjaga,” kata Zakarias Gaman, Ketua KTH Waifoi. (tantowi djauhari)