Berada di Ring I LNG Tangguh, Gedung SD YPK Serito Tanah Merah Memprihatinkan

0
225
Kondisi plafon SD YPK Serito di Kampung Tanah Merah Baru banyak yang rusak.
Spread the love

BINTUNI, jurnalpapua.idBangunan SD di Kampung Tanah Merah Baru Distrik Sumuri Kabupaten Teluk Bintuni, kondisinya rusak dan memprihatinkan.

Padahal sekolah dasar yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) Serito ini, lokasinya tak jauh dari site LNG Tangguh. Hanya berjarak tidak kurang dari 1 kilometer, atau berada di area ring 1 wilayah operasi migas BP Indonesia.

Fakta ini yang memicu penyesalan dari masyarakat adat setempat, atas hibah tanah seluas 50 hektar kepada Atlantic Richfield Co. (ARCO) – bp Indonesia untuk pembangunan kilang LNG Tangguh.

“Sejujurnya sebagai orang tua, saat ini kami masyarakat tanah merah menyesal menghibahkan tanah adat 50 hektar kepada Arco-BP Tangguh. Sebab sekarang semua pengorbanan itu seakan tidak bernilai lagi,” kata Daniel Mansumbauw Masipa, Komite SD YPK Serito Tanah Merah Baru, kepada media ini Senin (8/5/2023).

Arco adalah perusahaan yang pertama kali menemukan cadangan gas di Sumuri pada pertengahan tahun 1990-an. Saham perusahaan ini pada tahun 2000 diakuisisi oleh bp Indonesia.

“Waktu itu mimpi para orang tua sederhana saja. Tanah 50 hektar dihibahkan masyarakat Tanah Merah, supaya nanti ada program sosial dari perusahaan yang memperhatikan anak anak kami dikemudian hari, terutama pendidikan yang layak,” tukasnya.

Namun sayang  sekali,  kata Daniel, semakin lama bp Berau Ltd selaku operator LNG Tangguh yang 100 persen sahamnya dimiliki bp Indonesia, menutup mata terhadap dukungan sarana dan prasarana pendidikan anak anak di Kampung Tanah Merah Baru.

“Sekolah dibiarkan rusak, jika ditanya apakah bisa dibantu untuk renovasi, jawaban yang selalu kami masyarakat dapatkan adalah sudah ada di DBH, nanti berkoordinasi dengan Pemda Bintuni,” ungkap Daniel. 

Disebutkan Daniel, ketika perusahaan itu mau membangun site LNG Tangguh, masyarakat yang ada di Kampung Tanah merah direlokasi karena di tanah tempat tinggalnya akan dibangun kilang gas.

Bersamaan dengan pembangunan rumah penduduk di Kampung Tanah Merah Baru, juga dibangun SD YPK Serito oleh perusahaan. Namun dalam perjalanannya, perhatian perusahaan terhadap lembaga pendidikan itu terhenti setelah bangunan diserahkan kepada pengelola yayasan.

Daniel bilang, tidak ada lagi sentuhan dari perusahaan multi nasional tersebut dalam merawat bangunan maupun fasilitas pendukung di SD YPK Serito. Ruangan kelas dan meja kursi serta kelengkapan kelas, dari waktu ke waktu semakin memprihatinkan

“Saya membayangkan, sekolah dasar yang berjarak kurang dari satu kilometer dari pagar LNG ini, namun tidak dapat perhatian. Apalagi sekolah di pesisir darah terdampak industri gas ini. Padahal sebagai orang tua, di bawah obor yang menyala ini, kami ingin anak anak kami dapat sekolah yang baik, guru yang lengkap,” kata Daniel.

Darlis Sabandafa, tokoh pemuda Kampung Tanah Merah Baru turut prihatin atas kepedulian perusahaan migas tersebut terhadap lembaga pendidikan masyarakat di sekitarnya.

Hal ini kontras dengan publikasi angka-angka statistik kontribusi pengelola LNG Tangguh terhadap masyarakat di Tanah Papua.

Data yang diterima media ini, proyek LNG Tangguh telah meningkatkan angka harapan lama sekolah di tahun 2020 sebanyak 3 x lipat dibanding kondisi tahun 2009. Melalui Tangguh Catering, proyek LNG ini juga menyerap produk agrikultur dan laut yang dihasilkan masyarakat, sebanyak 3.400 ton atau senilai Rp 92 miliar.

“Tapi apakah Program Sosial BP dan SKK Migas sudah tidak lagi ada CSR kah? Saya melihat akhir akhir ini BP dan SKK Migas terus membangun pencitraan yang  lebih banyak menceritakan dongeng tentang pembangunan Kampung Tanah Merah,” ungkap Darlis. JP03

Google search engine

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here