Vaksin Sinopharm Akan Dialokasikan Berbayar

1
440
Gerai vaksin di GOR Kampung Lama Kabupaten Teluk Bintuni. Foto: Tantowi/JP
Spread the love

JAKARTA, jurnalpapua.id – Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, vaksin Sinopharm yang digunakan dalam program vaksinasi Gotong Royong akan dialokasikan untuk penyuntikan dosis ketiga atau booster.

“Untuk vaksin-vaksin BUMN tentu punya vaksin Sinopharm sudah berbayar, nanti akan dialokasikan juga untuk booster berbayar tersebut,” kata Dante dalam acara Economic Outlook 2022 IDX Channel, dikutip dari Kompas.com, Rabu (15/12/2021).

Dante mengatakan, selain vaksin Sinopharm pemerintah berencana menggunakan vaksin Merah Putih untuk vaksin booster. Menurutnya hal ini penting untuk melakukan booster dengan mengedepankan ketahanan masyarakat melalui vaksin Merah Putih, sehingga tidak bergantung pada impor.

Di samping itu, Dante mengatakan, pemerintah bakal bekerja sama dengan perusahaan farmasi swasta dalam mempercepat vaksinasi booster pada 2022. Menurut Dante, perusahaan swasta nantinya harus mengikuti mekanisme impor vaksin Covid-19 yang ditetapkan pemerintah.

“Untuk yang diimpor swasta dikendalikan dengan berbagai macam mekanisme dan jenis vaksinnya yang sudah listing WHO dan emergency use authorization (EUA) BPOM,” tuturnya.

Baca juga: Pelayanan Vaksin Sinopharm Ditunda, Cakupan Vaksinasi Teluk Bintuni Baru Capai 46,5 Persen

Lebih lanjut, ia mengatakan, pemerintah akan melakukan kajian terkait kerja sama dengan pihak swasta dalam pengadaan vaksin booster agar keamanan vaksin dapat dimonitor Kemenkes.

“Tetap dilakukan koordinasi untuk jenis vaksin yang akan di-supply oleh swasta,” ucap dia.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, biaya vaksinasi booster yang dimulai pada Januari 2022 tidak akan ditanggung sepenuhnya oleh negara. Budi mengatakan, pemerintah hanya akan menanggung biaya vaksinasi booster bagi warga lanjut usia dan penerima bantuan iuran (PBI).

“Untuk vaksinasi booster tahun depan kita akan bagi dua skenario, untuk vaksinasi lansia dan PBI non-lansia, itu akan ditanggung negara,” kata Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Selasa (14/12/2021).

“Sedangkan untuk yang mandiri dan non-lansia itu akan kita buka agar perusahan-perusahaan farmasi bisa mengimpor vaksinnya dan langsung menjual ke masyarakat,” ujar Budi.

Budi menyebutkan, penjualan vaksin secara langsung kepada masyarakat diharapkan dapat menyebabkan keseimbangan pasar dan membuat masyarakat punya banyak pilihan vaksin. Ia mengatakan, vaksin booster yang ditanggung APBN akan diberikan ke 83,1 juta orang dengan kebutuhan vaksin sebanyak 92,4 juta dosis, termasuk cadangan sekitar 10 persen.

Sementara, vaksin booster yang tidak ditanggung APBN akan diberikan kepada 125,2 juta orang dengan kebutuhan vaksin sebanyak 139 juta dosis. Budi menekankan, semua vaksin booster harus mendapatkan izin dari World Health Organization dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Selain itu, ia berharap vaksin booster juga ditinjau dan direkomendasikan oleh Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).

“Memang proses-proses perizinan dari WHO, BPOM, dan ITAGI masih bergerak, karena penelitian mengenai booster-nya pun masih berjalan,” kata Budi. JP03.

Google search engine

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here