– Air Sungai Klasafet yang keruh bercampur lumpur, diolah menjadi air bersih yang layak konsumsi dengan pH 7,05. Penyaringan secara berjenjang dilakukan melalui program PERI BERDAYA yang diluncurkan PT Pertamina EP Papua Field. Penyediaan sarana pengolahan air bersih di Kampung maladuk Distrik Klasafet ini, merupakan CSR PT Pertamina EP Papua Field di bidang infrastruktur –
SELVIANA bergegas menuju kanal sungai yang berjarak sekira 100 meter dari tempat tinggalnya. Dengan ember bekas cat, gadis remaja berusia belasan ini menimba air dari sodetan Sungai Klasafet untuk ditampung dalam drum bekas minyak. Aktivitas ini rutin dilakukan setiap pagi. Dijalani secara bergilir dengan 9 saudaranya, sebelum ia berangkat sekolah.
Selviana Kondologit (nama lengkap nona Papua ini) adalah anak ke enam dari pasangan Pieter Kondologit dan Yosepina Momot. Ia tinggal bersama kedua orangtuanya di RT 002 RW 002 Kampung Maladuk Distrik Klasafet, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Perempuan yang kini menjabat sebagai Kepala Kampung Maladuk, masih duduk di bangku SMP saat tahun 1987.
Tiga puluh enam tahun silam, menampung air Sungai Klasafet dalam drum bekas, harus dilakukan keluarga Selviana demi mendapatkan air bersih untuk keperluan mandi dan mencuci. Untuk kebutuhan memasak, mereka menampung air hujan. Aktivitas ini juga dilakukan semua masyarakat Maladuk. Zaman itu, belum ada teknologi canggih untuk menyaring air menjadi bening.
“Jadi kita pakai siput yang kita kumpul dari sungai. (siput) Dimasukkan begitu saja dalam drum, nanti sore begitu air yang kita tampung pagi, su (sudah) jernih,” kata Selviana, mengenang cara tradisional menjernihkan air sungai yang diajarkan orangtuanya.
Tetapi menimba air sungai itu tidak bisa dilakukan setiap saat. Menunggu permukaan air naik saat pagi, atau sore menjelang senja. “Kalau siang air meti (surut) sampai di lumpur, jadi tidak bisa kita pi (pergi) ambil,” tukas Selvi, sapaan akrabnya, saat berbincang dengan media ini, Rabu (4/10/2023).
Panjang Sungai Klasafet adalah 242 km dan lebar permukaan 62 m, dengan tingkat kedalaman 13 m. Alur sungai ini mengular hingga bermuara pada sungai Klasof yang terhubung di Teluk Segun. Dalam kondisi normal, debit air sungai ini tercatat 27.746 m3/detik, dan 41.064m3/detik saat kondisi banjir. Data ini tercatat dalam buku Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sorong Tahun 2011.
Air Sungai Klasafet berwarna kecokelatan dan berlumpur. Air kabur menjadi istilah lain yang lazim mereka pakai untuk menyebut air keruh itu. Tidak jelas bagaimana muasalnya, secara turun temurun masyarakat setempat menjuluki sungai itu dengan sebutan Kali Minyak. .
Masyarakat Distrik Klasafet, umumnya menggantungkan kebutuhan air untuk MCK pada Sungai Klasafet. Kandungan air tanah yang bercampur minyak bumi, menjadi alasan lain warga Klasafet tidak bisa mendapatkan air bersih dengan cara menggali sumur. Distrik Klasafet dengan luas wilayah 246,45 km2, berpenduduk 1.136 jiwa yang tersebar di lima kampung; Bar Ros, Klamono Oli, Klawili Be, Maladuk dan Kampung Pusu Tiligum
Susahnya ketersediaan air bersih yang menjadi problem utama masyarakat Klasafet, ditangkap sebagai peluang oleh PT Pertamina EP Papua Field untuk menjalankan kewajiban CSR (corporate social responsibility). Berdasarkan Undang-Undang No 40 Tahun 2007 disebutkan, setiap perusahaan yang berbadan hukum wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Kewajiban ini juga tertuang dalam ISO 26000, sebuah dokumen panduan internasional mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atas aktivitasnya yang berdampak pada lingkungan.
Hariyanto, Communication Relation & Community Involvement and Development (Comrel & CID) Zona 14 Subholding Upstream PT Pertamina EP menyebut, pada tahun 2017 pihaknya melakukan Social Mapping Papua Field, untuk menginventarisasi kebutuhan warga dikaitkan dengan pelaksanaan program CSR yang sesuai dengan karakteristik lingkungan.
“Ada banyak daftar kebutuhan yang diajukan masyarakat, kami musyawarah. Akhirnya pengadaan air bersih ini yang menjadi prioritas,” kata Hariyanto kepada media ini, Selasa (10/10/2023).
Tahun 2018, program Peningkatan Sarana Air Bersih Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (PERI BERDAYA) mulai diimplementasikan dalam skala rumahan, dengan model instalasi biosand water filter. Ini adalah metode pengolahan air yang menitikberatkan pada proses biologis dan mengandalkan mikroba dalam melakukan dekomposisi terhadap bahan pencemar organik. Hariyanto bilang, beberapa masyarakat mulai merasakan manfaat dari program CSR Pertamina EP Papua Field itu.
Pada pertengahan tahun 2020, Pertamina EP kembali merancang inovasi untuk mengubah alat filter dengan media yang ramah lingkungan. Biosand Water Filter Komunal. Senyawa yang digunakan antara lain manganese, karbon aktif dari arang, pasir halus dan batu kerikil.
Kata Hariyanto, dari metode yang mulai digunakan pada tahun 2021 ini, mampu mengolah air Sungai Klasafet yang tadinya keruh berwarna kecokelatan dengan pH diatas 9, menjadi air jernih dengan kadar pH 8,4. “Sudah layak di gunakan untuk mandi dan mencuci,” tukasnya.
Kadar pH tersebut masuk dalam Nilai Ambang Batas (NAB) pH untuk keperluan hygiene sanitasi, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.32 Tahun 2017. Dalam peraturan ini, NAB pH untuk kebutuhan hygiene sanitasi adalah 6,5 – 8,5. pH (Potential of Hydrogen) merupakan derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan.
Perangkat Biosand Water Filter Komunal, mampu mengolah air baku sebanyak 59.000 liter/hari dengan debit yang dikeluarkan filter 45 liter/menit. Cakupan penikmat air bersih juga mengembang, dari semula hanya beberapa rumah, dengan instalasi ini mampu menjangkau 600 rumah yang didiami 1.808 keluarga di Distrik Klamono dan Distrik Klasafet.
Distrik Klamono dan Distrik Klasafet merupakan area Ring 1 PT Pertamina EP Papua Field, yang beroperasi sejak tahun 1971, setelah perusahaan pelat merah ini membeli saham Sorong Petroleum Company dari Namloose Venoodschap Bataafse Petroleum Maatschaapij (NV.BM) pada tahun 1964.
“Sekarang su (sudah) tidak lagi angkat-angkat air dari sungai. Tinggal buka kran di rumah, air bersih su jalan (sudah mengalir),” kata Antonia Thesia, seorang mama papua berusia 66 tahun, yang merasakan manfaat PERI BERDAYA.
Inovasi untuk penyempurnaan PERI BERDAYA, terus dilakukan PT Pertamina EP Papua Field dengan mengembangkan metode filtrasi dan kapasitas penampungan. Saat awal di gagas, penyediaan sarana air bersih ini menggunakan tiga unit tangki air berbahan plastik sebagai tandon, dengan kapasitas masing-masing 2200 liter.
Dari pola awal air yang disedot dari sungai langsung masuk ke alat penyaringan dan ditampung dalam tiga unit tangki plastik, diubah dengan mengendapkan dulu dalam bak sedimentasi sebelum di filter.
Bak sedimentasi berkapasitas 32000 liter, dirancang dengan memberi sekat (partisi) pada bagian dalamnya. Setiap tetes air yang disedot dari sungai, masuk dalam bak bersekat secara berjenjang sehingga mengurangi kadar lumpur saat berada di sekat terakhir.
Air yang sudah mulai jernih setelah melalui proses pengendapan, kemudian difilter dan ditampung sementara pada tangki berkapasitas 5200. Air bersih dalam tangki ini yang selanjutnya disedot lagi ke dua bak penampung (reservoar).
Bukan hanya mengubah pola filtrasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, inovasi water treatment plant-portable ini juga menambah kapasitas daya tampung air bersih yang siap disalurkan ke rumah-rumah penduduk. “Yang itu kapasitasnya juga sama, masing-masing 32000 liter,” kata Arief Kurniawan, Community Development Officer (CDO) PT Pertamina EP, menunjuk dua bak reservoar yang posisinya sedikit lebih tinggi dari bak sedimentasi saat mengunjungi lokasi instalasi ini, Rabu (4/10/2023).
Sampel air bersih dari pengolahan tersebut, pada 15 Januari 2023 diambil dan dibawa ke PT Sky Pacific Indonesia di Bogor untuk di uji. Terdapat 18 parameter wajib yang menjadi standar pengujian, yakni; Kekeruhan, Warna, Padatan Terlarut Total (TDS), Suhu, Bau, Rasa, Koliform Total, E. Coli, pH, Fluorida, Besi, Kesadahan Total, Mangan, Nitrat (NO3-N), Nitrit (NO2-N), Sianida (CN2), Surfaktan (Deterjen) dan Pestisida Total.
Proses analisa sampel air dengan matrix untuk hygiene dan sanitasi ini berlangsung selama 18 hari, terhitung sejak 22 Mei 2023. Hasilnya, pH air Kali Minyak Klasafet pasca diolah, 7,05 dengan tingkat kekeruhan 0,5 NTUs (Nephelometric Turbidity Unit) dari Nilai Ambang Batas (NAB) 25 NTUs.
“Sudah jauh lebih baik dan layak dikonsumsi. Cuman kami tidak merekomendasikan untuk langsung di minum. Harus dimasak dulu,” tukas Arief.
Kemandirian Usaha
Penyediaan sarana air bersih oleh PT Pertamina EP Papua Field ini, juga dalam rangka mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) No. 3 – Kehidupan Sehat dan Sejahtera, No. 6 – Air Bersih dan Sanitasi Layak, No. 10 – Berkurangnya Kesenjangan, No. 11 – Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan, No. 15 – Ekosistem Daratan, No. 16 – Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh, serta No. 17 – Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Demi keberlangsungan program PERI BERDAYA, PT Pertamina EP Papua Field menggandeng Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam) ‘Kali Minyak’ Kampung Maladuk, untuk mengelola sarana air bersih itu.
Frits Hengky Mirino, Ketua BUMKam ‘Kali Minyak’ menyebut, pengelolaan air bersih itu akan menjadi unit usaha barunya, melengkapi usaha kios sembako yang saat ini sudah jalan.
Hasil rapat pengurus BUMKam yang melibatkan aparat kampung dan perwakilan masyarakat, rencananya setiap Kepala Keluarga yang menikmati distribusi air bersih itu, akan dikenakan iuran sebesar Rp 75 ribu per bulan.
“Itu keputusan rapat, sebagai ganti biaya operasional kami,” kata Frits kepada rombongan wartawan yang menemuinya, Rabu (4/10/2023).
Sejak resmi dioperasikan pada April 2023, distribusi air bersih PERI BERDAYA dengan metode baru filtrasi, masih dalam tahap uji coba atas. Dari 56 KK yang ada di Kampung Maladuk, baru 35 KK yang dilayani melalui jaringan pipa induk. Jatahnya pun masih di batasi, mulai 200 sampai 400 liter per hari.
Menjangkau lebih banyak pelanggan air bersih di tiga kampung yang ada di Distrik Klasafet, menjadi rencana usaha BUMKam ‘Kali Minyak’ ke depannya. “Kami juga akan menggunakan meter air di rumah pelanggan, untuk melihat volume penggunaan dan menentukan biaya yang harus di bayar,” ungkap Frits.
Selviana Kondologit, Kepala Kampung Maladuk menyebut, tahun ini bendaharanya telah mengeluarkan Dana Desa (DD) sebesar Rp 45 juta untuk pengadaan jaringan pipa distribusi. Ia akan mengalokasikan lagi anggaran untuk penambahan jaringan pipa air bersih itu, saat DD dari Pemerintah Pusat cair.
“Saat ini semua kebutuhan operasional BUMKam masih dibiayai Dana Kampung. Belum ada pemasukan dari usaha pengelolaan air bersih,” kata Selvi.
Melihat kondisi air hasil filtrasi, BUMKam ‘Kali Minyak’ punya rencana membuka usaha Depo Air Bersih dan menjual air dalam kemasan galon. Kata Selvi, ini menjadi pengembangan usaha yang cukup prospek. Air galon yang dijual di kios-kios di Klamono dan Klasafet, selama ini didatangkan dari Sorong.
Hariyanto, Comrel & CID Zona 14 Subholding Upstream PT Pertamina EP menyebut, saat ini pihaknya sedang merancang strategi lima tahunan, agar PERI BERDAYA menjadi program yang mandiri dan dapat direplikasikan di tempat lain.
Dalam rancangan programnya, Hariyanto bilang, Pertamina EP Papua Field akan melakukan pendampingan untuk penguatan kelembagaan dan pelatihan SDM-nya untuk perawatan alat. Jadi bukan sekedar menyiapkan alat pengolahan air bersih.
“Sehingga dalam lima tahun ke depan saat kita exit program, SDM di lembaga ini sudah memiliki kemampuan dan keahlian dalam pengelolaan dan perawatan peralatannya,” tukasnya.
Program Pemberdayaan
PERI BERDAYA adalah wujud pelaksanaan CSR PT Pertamina EP Papua Field di bidang infrastruktur, dalam rangka melaksanakan inisiatif Environmental, Social, and Governance (ESG). Dua bidang lain yang juga dijalankan adalah CSR Bidang Kesehatan, dan Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.
Arief Kurniawan, CDO Pertamina EP Papua Field mengurai, untuk CSR Bidang Kesehatan, Pertamina EP telah melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas Papua) di Kampung Klamono dan Kampung Posa Distrik Klamono, Kampung Maladuk, Kampung Klamono Oli dan Kampung Bar Ros Distrik Klasafet.
“Kegiatannya ada posyandu, edukasi pola hidup sehat, pemberian makanan tambahan dengan bahan lokal serta pengobatan gratis dan imunisasi. Tujuan utamanya untuk menurunkan angka stunting yang ada di Papua,” ungkap Arief.
Sedangkan untuk Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, program yang digulirkan adalah Budidaya Ikan Air tawar dan Sayuran Hidroganik; Perkebunan Pisang dan Pertanian Hidroganik; serta Pengolahan Keripik Pisang. Semuanya berada di Kampung Klamono Oli, Distrik Klasafet.
Arief bilang, untuk mengawali program ini, Pertamina EP memberikan benih ikan sebanyak 1300 ekor dan 40 sak pakan. Untuk program Pertanian Hidroganik, bantuan yang dibagi adalah benih kangkung. Semua program ini dijalankan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang bernaung dibawah BUMKam ‘Sumur Oli’.
Dukungan terhadap lingkungan hidup dan pengembangan komunitas di aspek sosial juga dilakukan melalui program konservasi terumbu karang di Pulau Soop, Distrik Sorong Kepulauan, Kota Sorong.
Dalam merestorasi terumbu karang yang rusak akibat penggunaan bahan peledak saat mencari ikan, Pertamina EP melakukan transplantasi dengan cara pemasangan kerangka menyerupai spider web.
“Terumbu karang kami rusak akibat penangkapan ikan menggunakan bom. Masyarakat hari ini kesulitan mencari ikan. Melalui program ini, kami berharap bisa memperbaiki ekosistem sehingga bisa mensejahterakan masyarakat kembali. Semoga pendampingan dari Pertamina EP kepada kami bisa berkelanjutan,” ujar Salmon, Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmawas) Terumbu Karang Lestari Pulau Soop, Jumat (16/6/2023).
Berita Terkait : SKK Migas – Pertamina EP Papua Field Konservasi 906 m2 Terumbu Karang di Pulau Soop
Pokmawas Terumbu Karang Lestari menjadi salah satu mitra Pertamina EP dalam pemulihan ekosistem bawah laut tersebut. Sepanjang tahun 2022-2023, Pertamina EP Papua Field telah melakukan transplantasi terumbu karang seluas 100 m2 atau sejumlah 1.248 fragmen di Pulau Soop.
Pada 2021-2022, PEP Papua juga merestorasi terumbu karang seluas 806 m2 atau sejumlah 9.902 fragmen di Pulau Misool. Total transplantasi terumbu karang yang dilakukan seluas 906 m2 atau 11.150 fragmen. Tahun ini, Pertamina EP memiliki target transplantasi seluas 101 m2 atau sebanyak 1.818 fragmen yang akan dilakukan secara bertahap hingga Desember 2023.
Direktur Regional Indonesia Timur PT Pertamina EP Endro Hartanto, turut hadir saat peresmian program konservasi terumbu karang di Pulau Soop, Distrik Sorong Kepulauan, Kota Sorong Papua Barat Daya pada Jumat, 16 Juni 2023.
Ia menyebut, program konservasi terumbu karang wujud dukungan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) no. 3-Kehidupan Sehat dan Sejahtera, no. 11-Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan, no. 14-Ekosistem Lautan, no. 15-Ekosistem Daratan, dan no. 17- Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
“Terumbu karang menjadi spesies penting yang memberikan perlindungan pantai bagi masyarakat, habitat ikan, dan potensi pariwisata. Sehingga terumbu karang perlu dilestarikan,” ujar Endro Hartanto. (tantowi djauhari)