BINTUNI, jurnalpapua – Kabupaten Teluk Bintuni yang dikenal sebagai daerah kaya sumber daya alam dengan APBD yang mencapai Rp 3,2 triliun, ternyata menjadi penyumbang terbesar anak putus sekolah di Papua Barat. Survey BPS tahun 2022, sebanyak 29,25 persen atau 5.598 anak di kabupaten ini putus sekolah.
Fakta ini yang mendasari Yohanis Manibuy SE, menerima amanah dari Kapolda Papua Barat untuk mengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di bawah naungan Yayasan Kasih Rumbai Koteka. Ini adalah wadah bagi anak-anak maupun orang dewasa yang putus sekolah, untuk melanjutkan pendidikan non formal.
Menurut Anisto, sapaan populer Yohanis Manibuy SE, tingginya angka putus sekolah tersebut tidak boleh dipandang sebelah mata. Angka itu yang mengetuk hati nuraninya untuk memberikan perhatian lebih dan menggali akar persoalan yang menjadi penyebab tingginya angka putus sekolah di Kabupaten Teluk Bintuni. Pasalnya, pendidikan adalah hak semua orang, baik yang tinggal di kawasan pesisir maupun pegunungan.
“Melalui yayasan ini, saya ingin semua masyarakat Teluk Bintuni yang telah putus sekolah, bisa kembali mendapatkan pendidikan yang layak. Dari pesisir sampai gunung, semua punya hak pendidikan yang sama,” kata Anisto, Ketua Yayasan Kasih Rumbai Koteka, Jumat (27/10/2023).
Ditambahkan Anisto, berbagai faktor eksternal maupun internal dapat menjadi penyebab anak putus sekolah, seperti kurangnya minta anak untuk sekolah, faktor ekonomi, lingkungan, komunikasi internal keluarga hingga faktor sosial dan kesehatan.
Ia bersyukur atas inisiatif Kapolda Papua Barat bersama OPD terkait, yang telah memelopori lahirnya PKBM Kasih Rumbai Koteka Teluk Bintuni pada 27 Oktober 2022. PKBM ini adalah satu dari lima PKBM yang bernaung di bawah payung Yayasan Kasih Rumbai Koteka Papua Barat.
Di usianya yang genap 1 tahun, PKBM Kasih Rumia Koteka Teluk Bintuni telah memiliki 118 siswa, yang terdiri dari tiga kategori data pokok pendidika (dapodik), yaitu; 45 siswa Paket A, 33 siswa Paket B, 40 siswa Paket C.
“Di luar itu, saat ini sudah ada 20 calon siswa yang sudah menyerahkan formulir pendaftaran, namun berkasnya belum lengkap,” kata Anisto, disela-sela perayaan ulang tahun ke 1 PKBM Kasih Rumbai Koteka di SP 5.
Anisto bilang, digulirkan tahun 2017, keberadaan lembaga pendidikan non formal (Paket A, Paket B dan Paket C) turut diperhitungkan. Banyak orang hebat yang telah lahir dari bangku pendidikan ini.
“Salah satunya Ibu Susi Puji Astuti, mantan Menteri Kelautan. Beliau adalah orang hebat yang tidak menyelesaikan pendidikan formal, namun mampu berdiri sejajar dengan orang hebat lainnya melalui jalur pendidikan nor formal,” tukas Anisto.
Pernyataan senada juga disampaikan AKBP DR. Choiruddin Wachid, Kapolres Teluk Bintuni dalam sambutannya. Menurut perwira menengah dengan dua mawar di pundaknya ini, pendidikan menjadi hak setiap masyarakat yang penting untuk didapatkan.
“Belajar itu tidak mengenal batas usia. Sepanjang kita masih hidup dan ada kemauan, kita punya hak untuk mendapatkan pendidikan. Saya saja sampai saat ini masih terus belajar,” kata Kapolres.
Orang nomor satu di Polres Teluk Bintuni ini mengapresiasi para pengelola PKBM Kasih Rumai Koteka, yang cukup sabar dalam memberikan pendidikan kepada para siswanya. Menurutnya, menyampaikan pelajaran kepada mereka yang sudah di luar usia sekolah formal, bukan pekerjaan yang mudah.
“Butuh kesabaran tersendiri. Ini yang harus bersama-sama kita dukung,” tandasnya.
Pada kesempatan tersebut, Kapolres menyoroti keberadaan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Teluk Bintuni, yang tidak hadir memenuhi undangan Yayasan Kasih Rumbai Koteka. Kata Kapolres, bukan kali ini saja pihak Dinas Pendidikan tidak memenuhi undangan terkait dengan dunia pendidikan.
“Beberapa waktu lalu saya juga mengundang Dinas Pendidikan saat ada pemalangan salah satu sekolahan, tapi tidak ada yang hadir juga. Tunggu nanti kami akan kirim undangan lain untuk mereka,” kata Kapolres. JP01