BINTUNI, jurnalpapua – Pemerintah Provinsi Papua Barat melalui Dinas PUPR, memberikan bantuan fisik tujuh unit jamban atau WC Umum untuk penanganan stunting di Kompleks Tahiti Kelurahan Bintuni Timur Distrik Bintuni, Kabupaten Teluk Bintuni.
Untuk membangun tujuh unit jamban tersebut, kontraktor pelaksana diminta agar melibatkan warga setempat supaya terjadi dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal. Penunjukan kontraktor pelaksana menjadi satu paket dengan bantuan yang diberikan Dinas PUPR Provinsi Papua Barat.
“Silakan kalau misalnya kepala tukang di ambil dari luar. Namun untuk pekerja yang lain, seperti tenaga untuk campur semen harus merekrut warga setempat supaya ada dampak ekonomi terhadap keluarga. Kami tidak ikut menentukan kontraktornya siapa, karena itu sudah satu paket dari provinsi,” kata Kristin Y. Inanosa, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni, Selasa (11/7/2023).
Penegasan ini disampaikan Kristina dalam rapat evaluasi hasil survey lapangan untuk penanganan stunting kondisi kompleks Tahiti, yang berlangsung di Kantor Kelurahan Bintuni Timur. Selain dihadiri Kepala Distrik Bintuni dan Lurah Bintuni Timur, rapat evaluasi juga menghadirkan Kepala Puskesmas Bintuni, Ketua RT, RT dan pengurus Posyandu Sakura.
Baca juga: Inventarisasi Penyebab Stunting, Dinas Kesehatan Bintuni Kunjungi Anak Asuh di Tahiti
Fasilitas jamban atau WC menjadi salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menangani stunting. Sarana tersebut berkaitan erat dengan kebersihan lingkungan yang harus dijaga, sehingga pola hidup bersih dan sehat masyarakatnya terwujud.
Dari survey lapangan yang dilakukan tim Dinas Kesehatan dalam rangka invetarisasi penyebab stunting, didapati banyak fasilitas kebersihan yang tidak memadai dan jauh dari layak di komplek tersebut. Tidak semua rumah dilengkapi dengan jamban atau WC.
Selain itu, di kompleks yang padat penduduk ini terdapat satu rumah yang dihuni oleh lebih dari dua Kepala Keluarga. Keterlibatan warga dalam membangun fasilitas umum itu, juga dimaksudkan agar ada rasa memiliki dan menjaga terhadap sarana kebersihan yang ada.
“Jadi dalam menangani stunting ini tidak cukup hanya diberikan makanan tambahan kepada anak yang kekurangan asupan gizi. Faktor kebersihan lingkungan juga menentukan kesehatan masa depan anak-anak itu. Terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Papua Barat melalui Dinas PUPR Provinsi yang telah membantu kami menangani locus stunting di Kelurahan Bintuni Timur,” ungkap Kristina.
Kompleks Tahiti menjadi locus penanganan stunting oleh Dinas Kesehatan. Posyandu Sakura yang ada di lingkungan ini, telah diangkat sebagai anak asuh Dinas Kesehatan dan Dharma Wanita Kesehatan. Dijelaskan Kristin, Posyandu Sakura Kompleks Tahiti akan menjadi proyek percontohan penanganan stunting dengan pola anak asuh.
Taher Manuwama, Ketua RT 02 RW 02 menyatakan, masyarakat sudah menyiapkan lahan untuk pembangunan fisik jamban tersebut. Sepaham dengan penegasan Kristina, tokoh masyarakat ini akan ikut mengawasi proses pembangunan sarana tersebut, dan meminta adanya keterlibatan warga setempat. “Kalau untuk membangun jamban, warga kami juga bisa kerja kok,” tandasnya. JP01