JAKARTA,jurnalpapua.id – Gelombang investor newbie dari kalangan milenial yang masuk pasar modal di masa pandemi Covid-19 mendatangkan tantangan tersendiri dari sisi edukasi agar mereka tidak hanya sekadar ikut-ikutan tren investasi, tetapi juga agar makin berkualitas dari sisi kemampuan investasinya. Pasalnya, ada banyak kesalahan yang terlalu umum dilakukan investor pemula dari kalangan milenial, sehingga investasinya masuk ke “zona merah“ atau justru mengacaukan tata kelola keuangannya. Kesalahan-kesalahan umum tersebut biasanya pakai uang panas, tidak mengenali profil risiko, tidak punya tujuan investasi, Fear of Missing Out (FoMO), emosional hingga asal pilih produk investasi dan lain sebagainya.
Impersonator Kristo Immanuel, Psikolog Analisa Widyaningrum dan CEO Gatherich Ken Handersen yang berbagi pengalaman pribadi mereka pada awal-awal investasinya mewakili kegelisahan umum terkait kesalahan dalam investasi yang kerap dilakukan investor pemula. Sebagai investor pemula ternyata ketiganya pernah melakukan kesalahan yang membuat investasinya mendatangkan kerugian. Kesalahan-kesalahan umum pemula ini dibagikan ketiganya di gelaran FestiFund 2021 pada Minggu, 29 Agustus 2021.
Diketahui, FestiFund 2021 yang diselenggarakan oleh Indo Premier Sekuritas melalui produk IPOTFund merupakan kegiatan edukasi pasar modal tahunan berkonsep online festival yang bertujuan mengenalkan produk reksa dana sebagai alternatif investasi bagi investor baru yang mencari produk investasi mudah, aman, efisien, dan cocok untuk semua profil risiko dan tujuan investasi. FestiFund 2021 bertujuan meningkatkan literasi dan inklusi masyarakat melalui produk investasi reksa dana yang dapat dijadikan alternatif investasi maupun diversifikasi portofolio hingga pada akhirnya #SemuaBisaInvestasi.
Rangkaian FestiFund 2021 disemarakkan para pakar dan pelaku reksa dana ternama dan keseluruhan acara disusun secara komprehensif mulai dari perencanaan keuangan, pengenalan investasi yang disarankan bagi pemula hingga strategi investasi yang sesuai dengan preferensi masing-masing investor. Sebelumnya, rangkaian Road To FestiFund 2021 telah dimeriahkan dengan edukasi reksa dana, kompetisi pembuatan konten reksa dana hingga bagi-bagi burger ke seluruh Indonesia.
Kristo Immanuel mengakui keengganannya melakukan riset value di awal-awal investasi sehingga membuat investasinya menjadi gegabah dan pernah terjebak pompom. Alhasil, investasinya justru mendatangkan kerugian. Namun sebagai investor yang lambat-laun sadar dengan profil risikonya, Kristo tidak kena mental dan tetap berinvestasi. Sikap seperti ini memang penting dimiliki investor pemula pada umumnya, seperti diungkapkan investor sekaligus psikolog Analisa Widyaningrum yang menandaskan pentingnya mempelajari manajemen emosi biar tidak tidak kena mental, karena sekalinya ngedrop jadi kayak takut atau gegabah. Ken Handersen pun mengakui kalau di awal-awal investasinya ia gegabah dengan asal-asalan membeli produk investasi tanpa tujuan investasi yang jelas sehingga justru mengacaukan keuangannya karena gagal bayar.
Sementara itu Head of Investment Specialist Syailendra Capital, Mochamad Aldies Sageri melalui bahasan “Market Outlook: Babak Kedua 2021” mewanti-wanti investor milenial untuk due deligence pada produk reksa dana dan manajer investasinya serta tidak asal dengar dari teman atau FoMO di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang masih tersandera pandemi Covid-19. Terkait dengan porsi, terangnya, bisa diukur sesuai dengan preferensi masing-masing investor.
Pandangan senada diungkapkan Direktur Ciptadana Asset Management, Herdianto Budiarto. Ia menjelaskan secara alokasi untuk kuartal keempat 2021 memang tergantung dari preferensi risiko, tetapi jelang akhir 2021 kalau preferensinya moderat maka skemanya sebaiknya 30-30-40. 30% di equity fund, 30% di fixed income fund dan 40% di money market.
“Pertimbangannya sederhana. Ketidakpastian equity lumayan masih tinggi. Fixed income fund diharapkan relatif stabil sampai akhir tahun. Money market memang paling rendah dari sisi return 4-4,5%, tetapi kemungkinan terjadinya kerugian itu kan yang paling kecil. Saat ini kita optimis, tapi tetap juga hati-hati. Alokasinya masih cukup signifikan di aset-aset yang risikonya rendah,” tandas Herdi.
“Selanjutnya kalau bicara investasi, kita perlu waktu dan proses. Jadi kalau Anda berinvestasi, jangan berharap bisa mendapatkan keuntungan secara cepat. Kalau Anda ingin memperoleh keuntungan secara cepat, yang Anda lakukan bukan investasi tetapi spekulasi. Kenali reksa dana dan manajer investasinya serta pentinnya konsistensi bukannya hype, kendati yang hype ini tetap dengan alokasi tetapi tidak banyak,” pesannya pada para investor milenial untuk pandai-pandai melakukan manajemen risiko di tengah virus Corona yang masih mengancam.
Hal senada diungkapkan Head of Distribution Partnership Mandiri Manajemen Investasi, Eriko Se yang menegaskan new insight terkait portofolio kuartal keempat 2021 bahwa profil risiko menjadi hal yang utama dalam penempatan portofolio investasi milenial jelang akhir tahun 2021. Kalau agresif maka bobot sahamnya bisa lebih besar dibandingkan yang lain dan kalau moderat atau konservatif bobot fixed income dan money market bisa lebih besar.
Eriko Se lantas berpesan agar para investor pemula dari kalangan milenial tidak malas belajar karena media belajar investasi reksa dana saat ini sudah banyak platformnya mulai yang tulisan, audio hingga video.
“Tempat belajar saat ini sudah banyak, murah dan gratis. Media masa sudah banyak. IPOT juga reguler ngadain seminar edukasi. Udah nggak bisa nih kita bilang nggak bisa investasi, karena medianya sudah banyak dan aksesnya gampang,” pungkasnya.JP02