BINTUNI,jurnalpapua.id – Keberadaan perempuan adat yang sering disisihkan dan cenderung disepelekan dalam mendapatkan hak dasar di berbagai hal, menjadi alasan para aktivis perempuan tujuh suku di Bintuni mendirikan Lembaga Perempuan Papua (LAPEPA).
Salah satu misi organisasi ini, adalah memperjuangkan dan melindungi hak-hak perempuan, termasuk hak perempuan adat Papua secara umum dalam kancah politik.
“Selama ini kaum perempuan sangat tersisih, kami disepelekan. Sering ada pembahasan kesetaraan gender, tapi faktanya tidak pernah ada gender yang merasakan penderitaan perempuan. Isu gender sebatas simulasi,” kata Maria Horna, Bendahara LAPEPA Bintuni mendampingi Ketua LAPEPA Adolina Suabey, Sabtu (15/10/2022).
Selain itu, menurut perempuan suku Sough ini, kehadiran Otonomi Khusus Papua yang selama ini hangat menjadi isu publik, juga menjadi perhatian LAPEPA untuk dikawal.
Ditegaskan Maria, LAPEPA Bintuni akan berjuang bagaimana kebijakan otsus bisa menyentuh dan dirasakan langsung Orang Asli Papua (OAP) secara menyeluruh. Kebijakan otsus ini seharusnya bisa mengurangi angka pengangguran dan tingkat kemiskinan masyarakat, yang berdampak pada meletusnya konflik sosial seperti yang terjadi di Moskona Barat.
“Kenapa di Mosbar bisa terjadi seperti itu? Karena tidak adanya peluang kerja buat kami anak-anak asli tujuh suku. Akibatnya mereka mengambil langkah-langkah yang ditawarkan iblis yang datang kepada mereka,” kata Maria.
Disamping hak dasar perempuan yang menjadi fokus perjuangan LAPEPA, lembaga yang baru melakukan restrukturisasi pengurus ini juga akan konsen dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakat, dengan memberikan bantuan kepada perempuan-perempuan kurang mampu.
Salah satu yang sedang disiapkan adalah memberikan bantuan berupa makanan tambahan gizi keada ibu hamil, balita dan anak yang kekurangan gizi. “Bantuan ini diberikan khusus untuk Orang Asli Papua di Bintuni, bukan hanya hanya masyarakat tujuh suku,” tukas Mariana.
Agar pergerakan itu terasa lebih masif, ia mengajak seluruh elemen perempuan Papua di Bintuni untuk bersama-sama menyatukan langkah mewujudkan misi LAPEPA.
“Perempuan Papua di Bintuni bukan hanya tujuh suku. Ada suku-suku papua lain yang juga bermukim di daerah ini. Makanya saya mengajak siapapun itu perempuan papua, mari bersama-sama memperjuangkan hak dasar kita sebagai perempuan adat,” kata Maria. JP03