Mengulik Perut Bumi dengan Data Satelit Gravitasi

0
327
Galih Agusetiawan, Kepala Departemen Humas SKK Migas perwakilan wilayah Papua Maluku, yang menjadi salah satu juri dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Hulu Migas. Foto: Tantowi/JP
Spread the love

JURNALPAPUA.ID – NADA notifikasi di aplikasi percakapan Whatsapp pada ponsel android merk OPPO A3s itu berbunyi. Radhiyah Fa’izah bergegas membukanya. Sebuah flayer informasi Kompetisi Karya Tulis Ilmiah Hulu Migas, dikirim Tobias Tobi Tukan, S.Si, M.Si ke Grup WA ‘Jurusan Fisika FMIPA’pada Rabu, 6 Oktober 2021 pukul 10.55 WIT.

“Selamat siang. Mungkin ada yang berminat dengan flayer ini,” tulis Tobias, menyertai gambar itu.

Tobias adalah Sekretaris Jurusan di Program Studi Fisika di FMIPA Universitas Negeri Papua (UNIPA) di Manokwari, Papua Barat.

Flayer yang ia sampaikan berisi informasi kompetisi karya tulis ilmiah, yang diselenggarakan SKK Migas Perwakilan Papua Maluku dalam rangka Dies Natalis ke-21 UNIPA. Tema yang diusung; Future of Oil & Gas in Papua and Maluku.

Radhiyah, mahasiswi jurusan Fisika FMIPA menjadikan flayer itu sebagai bahan obrolan yang menarik. Ia berdiskusi secara online dengan penghuni grup WA.

Mahasiswa semester lima ini mencari kongsi mahasiswa yang satu frekwensi, dan mau diajak dalam satu tim untuk mengikuti lomba itu.

“Kami bertiga ini yang kemudian menjadi satu tim dalam menyusun karya,” kata Radhiyah, sambil menyebut nama Maria Simanjutak dan Eka Kurnia Sari.

Dari kanan; Radhiyah Fa’izah, Maria Simanjutak dan Eka Kurnia Sari, mahasiswa UNIPA Manokwari yang tergabung dalam satu tim dalam mengikuti LKTI Hulu Migas.

Dari tema yang diberikan panitia, Radhiyah merasa nyambung dengan materi yang sedang dipelajari di bangku kuliah; metode geofisika, yang aplikasinya bisa untuk surface (permukaan) dan subsurface (bawah permukaan).

Apalagi dalam waktu yang bersamaan, Radhiyah Cs sedang menjalani mata kuliah Metode Penulisan Ilmiah dan materi tentang Gravitasi dan Magnetic.

Minat Radhiyah Cs semakin membuncah, ketika Dr. Richard Lewerissa, S.Si, M.Sc, Kepala Jurusan Prodi Fisika UNIPA ambil peran sebagai dosen pengampu.

Karya tulis berjudul “Pemanfaatan dan Analisis Kualitatif Data Satelit Gravitasi Bumi sebagai Alternatif Identifikasi Potensi Hidrokarbon di Provinsi Papua Barat”, tembus dalam kelompok tujuh finalis.

Dari Kabupaten Biak, Papua, Radhiyah mendapat giliran ke empat dalam mempresentasikan karyanya di depan lima orang juri yang menyimak dari tempat berbeda, pada Rabu, 3 November 2021.

Hanya DR. Endra Gunawan, Dekan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan UNIPA serta Galih Agusetiawan Kepala Departemen Humas SKK Migas Pamalu, dua juri yang meriung dalam satu ruangan di ruang Migas Center Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan UNIPA.

Para finalis LKTI Hulu Migas mempresentasikan karyanya secara online dihadapan para juri.

Randa P.J Melato, S.T, M.PetEng, dosen UNIPA yang menjadi Panitia LKTI Hulu Migas menyebut, ada 20 kelompok mahasiswa yang mendaftarkan karyanya dalam lomba ini. Selain dari UNIPA, juga terdapat kelompok mahasiswa dari Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, Universitas Pattimura Ambon, Politeknik Negeri Fakfak serta Universitas Hasanuddin Makassar.

Terdapat tiga kriteria pokok yang menjadi acuan panitia memilih karya tulis yang layak masuk finalis; aspek penulisan, aspek keterkaitan topik yang diusung dengan tema serta aspek kebaruan ide dan tampilan.

“Seleksi karya tulis oleh panitia berjalan kurang lebih 3 hari, dan finalis diumumkan pada tanggal 29 Oktober 2021,” kata Randa, kepada jurnalpapua.id, Kamis (4/11/2021).

Dengan waktu penyusunan yang terbatas, Radhiyah tak menyangka karya timnya akan lolos sebagai finalis. Apalagi selama tiga minggu menyiapkan karya ilmiah, diskusi yang mereka lakukan hanyalah melalui online.

Efek dari pandemi covid-19, posisi dosen pembimbing dan anggota tim ini berada di kota yang berbeda. Tidak dalam satu kota. Diskusinya juga sangat bergantung pada jaringan ponsel.

Segala keterbatasan itu pula yang mendasari karya tulis tim ini masih pada level surface yang dianalisis secara kualitatif. Alasan lain, tim ini tidak memiliki instrument yang konon harganya lumayan mahal, untuk melakukan riset lebih jauh.

“Kami manfaatkan data yang memang sudah ada, misalnya untuk identifikasi hidrokarbon yang nantinya data itu dikembangkan untuk pemodelan bawah permukaan yang terkait dengan data kuantitatif, seperti densitas batuan dan geometrinya,” kata Radhiyah.

Tim ini percaya diri menyodorkan karya itu ke panitia LKTI, setelah mendapatkan gambaran dari panitia selama coaching, bahwa mereka memiliki peralatan yang terkait sensor gravitasi. “Makanya kita coba dekati dengan data gravitasi bumi berbasis satelit,” katanya.

Metode gravitasi secara umum dilakukan dalam pencarian atau survey cadangan migas yang berada pada tahapan awal. Kata Radhiyah, ini merupakan metode yang pasif, tidak ada perlakuan pada bawah permukaan atau ke dalam perut bumi.

Dengan metode ini, user hanya menempatkan instrument di  permukaan bumi sehingga bumi akan memberikan respon dan akan dicatat oleh instrument tersebut. Metode ini sering digunakan karena efektif dan relatif mudah.

Adapun kelebihan data berbasis satelit yaitu data ini mencakup wilayah yang luas sehingga dalam penerapannya dalam skala regional dapat tercover. Namun data ini perlu di validasi sehingga mendapatkan data yang terpecaya.Ini penting.

Namun diakui Radhiyah dan tim, metode ini bukan cara terbaru untuk mengulik kandungan hidrokarbon dalam perut bumi. Sudah banyak yang menggunakan metode ini, di Indonesia maupun luar negeri.

“Metode gravitasi ini sudah banyak diaplikasikan,” katanya. (tantowi djauhari)

Google search engine

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here