
“ASSALAMU’ALAIKUM. Wrwb. Rekan rekan hari ini ada giat serah terima di Polres Bintuni. Mungkin yg mau dtg liput bisa di berkenan. Jam skrng. Baru gladi kotor. A3”.
Pukul 08.19 Wit, sekilas informasi itu meluncur di grup percakapan WA, yang dikirim anggota Polres Teluk Bintuni. Pada Rabu (12/3/2025) pagi, akan dilaksanakan serah terima jabatan sejumlah Pejabat Utama (PJU). Tempatnya di Aula Andriano Ananta (A3) Mapolres.
Jika Wakapolres Kompol Ade Luther Farfar, Iptu Tri Sukma Adimasworo dan Ipda Teguh Aji Nugroho menempati posisi yang jelas setelah mutasi dari Polres Teluk Bintuni, tidak demikian dengan Iptu Tomi Samuel Marbun. Kasat Reskrim yang digantikan AKP Bobby Rahman.
Jika Kompol Ade Luther Farfar yang diganti karena tugas belajarnya di Sespimmen, Iptu Tri Adimasworo dimutasi sebagai Kasat Reskrim di Polres Kaimana dan Ipda Teguh Aji Nugroho mendapat ucapan selamat dan bingkisan cideramata dari Kapolres Teluk Bintuni, tidak demikian dengan Iptu Tomi Samuel Marbun.
Bahkan, nama Iptu Tomi Samuel Marbun pun tidak tertulis dalam lembar sambutan Kapolres.

“Kasat Reskrim yang lama bagaimana pak Kasi Humas?? Mutasi kemana?” tanya saya, di grup percakapan yang sama.
Tak ada yang menjawab. Tidak ada jawaban dari Ipda Lutfi Iha, selaku pejabat Kasi Humas Polres yang baru. Sejatinya, pertanyaan ini memang getir untuk dijawab.
Sejak diinformasikan hilang pada 18 Desember 2024, hingga kini tak ada kabar pasti soal keberadaan Tomi Marbun. Begitu juga keterangan resmi dari AKBP Choiruddin Wachid selaku Kapolres, belum pernah ada.
Tidak ada penjelasan yang pasti, bagaimana sebenarnya Tomi Marbun hilang. Dua pucuk pimpinan di Polres Teluk Bintuni, tidak kompak dalam satu suara. Kepada Riah Tarigan, istri Tomi Marbun, Wakapolres Teluk Bintuni, Kompol Ade Luther Farfar dan istrinya mengabarkan, longboat yang ditumpangi Tomi Marbun terbalik.
“Sekitar jam 2 siang Bapak dan Ibu Wakapolres (ijin Abang dan mba), datang ke rumah sy mengabarkan longboat yang dipaka suami saya terbalik, dan saya langsung mengabarkan kepada keluarga, bahwa longboat suami saya terbaik,” tulis Riah, di laman akun medsosnya.
Kabar yang beredar, lokasi hilangnya perwira polisi dengan dua balok di pundak ini, ada di Kali Rawara Kampung Meyah, Distrik Moskona Barat, Kabupaten Teluk Bintuni. Bersama 50 orang yang dikabarkan bergabung menjadi satu tim, Tomi Marbun sedang menjalankan perintah ‘Operasi Senyap’ memburu Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
“Malam harinya saya dikabarkan oleh Bapak Kapolres, bahwasanya suami saya tergelincir sendiri dari longboat waktu duduk di bagian belakang longboat,” tulis Riah.
Versi lain tentang detik-detik hilangnya Tomi Marbun, datang dari Roland Manggaprow, Kanit Resmob Satreskrim Polres Teluk Bintuni. Bukan karena longboat terbalik, atau tergelincir sendiri saat duduk di bagian belakang longboat.
Kepada Riah Tarigan, Roland bercerita, kalau pimpinannya itu tersapu air sungai, hanyut dan hilang hingga kini, saat berupaya menyeberang dengan cara berenang.
“Pak Kanit menceritakan, bahwa dia adalah orang pertama yang menyeberangi sungai dengan cara berenang, dan diikuti oleh beberapa anggota. Setelah itu Pak Kanit memberi tanda silang untuk menandakan arus kencang,” ungkap Riah.
Roland dan sejumlah anggota yang sudah menyeberang lebih dahulu, melanjutkan perjalan masuk hutan. Namun baru 20 meter berjalan, terdengar dua kali suara teriakan dari arah sungai. Roland dan anggotanya berlari menuju sumber suara, untuk melihat apa yang terjadi.
Masih dari cerita Roland kepada Riah Tarigan, ia sempat melihat Tomi Marbun berdiri di tandusan yang airnya setinggi lutut orang dewasa. “Lalu suami saya terduduk melihat ke arah Pak Kanit, tersapu air dan hilang”.
Riah merasakan ada yang janggal. Tiga orang menyampaikan kronologi yang berbeda, terkait detik-detik hilangnya ayah dari buah hatinya. Riah mencoba menelisik, mencari tahu bagaimana peristiwa yang sebenarnya.
Melalui ponselnya, Riah menghubungi salah satu anggota suaminya, yang juga ikut dalam Operasi Senyap. “Karena saya menduga, ada yang kurang beres dari kronologi yang disampaikan. Namun tidak ada yang berani berbicara. Takut dan semuanya dilemparkan kembali pada Pak Kanit”.

Kejanggalan dan Kekecewaan Keluarga
Mendengar kabar suaminya hilang, Riah gerak cepat memutar otak untuk melakukan pencarian. Ia berpikir untuk menggunakan drone dan helikopter, untuk mencari dan melakukan pertolongan pertama.
Ini adalah solusi paling cepat yang bisa dilakukan, mengingat kondisi medan dan jarak tempuh ke lokasi kejadian, yang cukup jauh dari ibu kota kabupaten. Riah menghubungi teman suaminya, untuk menyewa helikopter milik swasta. “Namun tidak tahu alasan kenapa heli di cancel,” tukas Riah.
Dari relasinya sesama istri Pejabat Utama (PJU) Polres, Riah mendapat kabar melalui telepon, helikopter yang akan disewa keluarganya, diduga dibatalkan oleh Kapolres karena alasan biaya operasional.
“Disini saya sempat kecewa. Karena saya tidak minta dibayarkan, tapi saya hanya berusaha mencari jalan untuk pertolongan nyawa suami saya,” kata Riah.
Akhirnya keluarga Riah mendapat koneksi untuk menyewa pesawat kecil, untuk melakukan pencarian dari udara pada 19 Desember 2024. Di hari yang sama, penjemputan terhadap tim gabungan Operasi Senyap, dan pencarian Tomi Marbun baru dimulai.
Penjemputan dan pencarian oleh Tim Gabungan dari polisi, TNI dan Basarnas ini dipimpin langsung Choiruddin Wachid, Kapolres Teluk Bintuni. Mereka menyusuri sungai dengan tiga longboat.
Dari udara, Riah menyaksikan rombongan longboat tim gabungan itu menuju lokasi pencarian. Juga terlihat tim gabungan Operasi Senyap, yang sedang menunggu penjemputan.

20 Desember 2024, helikopter kedinasan tiba, bersama helikopter yang disewa keluarga Riah. Sepanjang alur sungai yang menjadi tempat hilangnya Tomi Marbun, menjadi sasaran penyusuran. Namun hingga berujung di muara, tidak didapati tanda-tanda ditemukannya Tomi Marbun yang hanyut.
Riah dan keluarga besarnya belum menyerah. 21 Desember 2024, ia meminta bantuan penebalan pasukan untuk pencarian, melalui Kompol Luther Farfar, Wakapolres. Personil ini mendapat bantuan pasukan dari TNI.
Namun setibanya personil gabungan ini tiba di posko pencarian, kata Riah, bukannya diberangkatkan ke lokasi pencarian. Tapi malah dipulangkan kembali ke Batalyon, yang diduga atas perintah Kabagops Polres.
“”Ini menjadi tanda tanya besar kepada kami keluarga. Kenapa seolah-olah pencarian suami saya tidak dimaksimalkan, dan sampai hari ini belum ada pencarian yang benar-benar sampai ke TKP kejadian suami saya,” kata Riah, mengungkap kekecewaannya. ***