RAMBUTNYA keriting, dominan warna putih. Kerutan pada wajah mulai tampak jelas terlihat. Kendati tak muda lagi, Antonia Thesia masih lincah berjalan menyambut rombongan tamu yang datang. Senyum mama papua berusia 66 tahun ini terus mengembang.
Ia bergegas menuju keran air yang terpasang di halaman rumah. Tangan kanannya memegang gelas kaca, dan ember plastik warna hitam di tangan kiri.
Tak memedulikan sengatan matahari yang membakar, janda dengan dua anak ini seolah tak sabar memamerkan kebahagian. Persoalan air bersih yang selama ini mendera, tak lagi menjadi masalah dalam menjalankan usaha katering.
“Sekarang su (sudah) tidak lagi angkat-angkat air dari sungai. Tinggal buka keran di rumah, air bersih su jalan (sudah mengalir),” katanya, sembari menadah air dari keran yang terlihat bening dalam gelas kaca.
Mama Antonia -begitu ia populer disapa merupakan satu dari puluhan penduduk di Kampung Maladuk Distrik Klasafet, Kabupaten Sorong, yang merasakan manfaat kehadiran PT Pertamina EP Papua Field di Klamono.
Rumahnya tak jauh dari bibir kanal sungai Klasafet, di ring I wilayah operasi perusahaan. Selama bertahun-tahun, sungai dengan air berwarna kecokelatan ini menjadi sumber air bersih keluarga Antonia Thesia.
Di masa muda, ia menampung air sungai dalam drum bekas untuk mengendapkan kandungan lumpur. Hal itu menjadi rutinitas yang lazim ia jalani.
Aktivitas serupa juga dilakukan anggota masyarakat Maladuk. Jaman itu, belum hadir teknologi canggih untuk menyaring air menjadi bening, sebagaimana diungkapkan Selviana Kondologit, perempuan yang kini menjabat sebagai Kepala Kampung Maladuk.
Pagi hari sebelum berangkat ke sekolah, ia pergi ke kanal menampung air untuk digunakan petang hari. Aktivitas ini rutin dijalani secara bergilir dengan sembilan saudaranya.
“Jadi kita pakai siput yang kita kumpul dari sungai. (siput) Dimasukkan begitu saja dalam drum, nanti sore begitu air yang kita tampung pagi, su (sudah) jernih,” kata Selviana, mengenang cara tradisional menjernihkan air sungai yang diajarkan orangtuanya.
Menimba air sungai itu tidak bisa dilakukan setiap saat, karena perlu menunggu permukaan air naik saat pagi, atau sore menjelang senja. “Kalau siang air meti (surut) sampai di lumpur, jadi tidak bisa kita pi (pergi) ambil,” kata Selvi, sapaan akrabnya, saat berbincang dengan media ini, Rabu (4/10/2023).
Air sungai yang sudah diendapkan itu, digunakan untuk kebutuhan mandi dan mencuci. Untuk memasak, warga Maladuk mengandalkan air hujan yang ditadah dari atap rumah.
Sungai Klasafet memiliki panjang 242 km dan lebar permukaan 62 m, dengan tingkat kedalaman mencapai 13 meter. Alur sungai itu mengular hingga bermuara pada sungai Klasof yang terhubung di Teluk Segun. Dalam kondisi normal, debit air sungai ini tercatat 27.746 m3/detik, dan 41.064m3/detik saat kondisi banjir, sebagaimana dikutip dari data Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sorong Tahun 2011.
Masyarakat Distrik Klasafet, umumnya menggantungkan kebutuhan air untuk MCK pada Sungai Klasafet. Kandungan air tanah yang bercampur minyak bumi, menjadi alasan lain warga Klasafet tidak bisa mendapatkan air bersih dengan cara menggali sumur.
Luas Distrik Klasafet mencapai 246,45 km2, berpenduduk 1.136 jiwa yang tersebar di lima kampung; Bar Ros, Klamono Oli, Klawili Be, Maladuk dan Kampung Pusu Tiligum.
Susahnya ketersediaan air bersih menjadi problem utama masyarakat Klasafet. Ini kemudian ditangkap sebagai peluang oleh PT Pertamina EP Papua Field untuk menjalankan CSR (corporate social responsibility).
Berdasarkan Undang-Undang No 40 Tahun 2007, setiap perusahaan yang berbadan hukum wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Kewajiban ini juga tertuang dalam ISO 26000, sebuah dokumen panduan internasional mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atas aktivitasnya yang berdampak pada lingkungan.
Hariyanto, Communication Relation; Community Involvement and Development (Comrel & CID) Zona 14 Subholding Upstream PT Pertamina EP menyebut, pada tahun 2017, ia melakukan Social Mapping Papua Field, untuk menginventarisasi kebutuhan warga dikaitkan dengan pelaksanaan program Community Development (Comdev) yang sesuai dengan karakteristik lingkungan.
“Ada banyak daftar kebutuhan yang diajukan masyarakat, kami musyawarah. Akhirnya pengadaan air bersih ini yang menjadi prioritas,” kata Hariyanto kepada media ini, Selasa (10/10/2023).
Pada 2018, program Peningkatan Sarana Air Bersih Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (PERI BERDAYA) mulai diimplementasikan dalam skala rumah, dengan model instalasi biosand water filter. Ini adalah metode pengolahan air yang menitikberatkan pada proses biologis dan mengandalkan mikroba dalam melakukan dekomposisi terhadap bahan pencemar organik.
Ia mengatakan, beberapa anggota masyarakat mulai merasakan manfaat dari program CSR Pertamina EP Papua Field itu.
Pada pertengahan 2020, Pertamina EP kembali merancang inovasi untuk mengubah alat filter dengan media yang ramah lingkungan. Biosand Water Filter Komunal. Senyawa yang digunakan antara lain manganese, karbon aktif dari arang, pasir halus dan batu kerikil.
Kata Hariyanto, metode yang mulai digunakan pada tahun 2021 ini, mampu mengolah air Sungai Klasafet yang tadinya keruh berwarna kecokelatan dengan pH diatas 9, menjadi air jernih dengan kadar pH 8,4. “Sudah layak digunakan untuk mandi dan mencuci,” katanya menegaskan.
Kadar pH tersebut masuk dalam Nilai Ambang Batas (NAB) pH untuk keperluan hygiene sanitasi, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.32 Tahun 2017. Dalam peraturan ini, NAB pH untuk kebutuhan hygiene sanitasi adalah 6,5 – 8,5. pH (Potential of Hydrogen) merupakan derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan.
Perangkat Biosand Water Filter Komunal, mampu mengolah air baku sebanyak 59.000 liter/hari dengan debit yang dikeluarkan filter 45 liter/menit. Cakupan penikmat air bersih juga mengembang, dari semula hanya beberapa rumah, dengan instalasi ini mampu menjangkau 600 rumah yang didiami 1.808 keluarga di Distrik Klamono dan Distrik Klasafet.
Distrik Klamono dan Distrik Klasafet merupakan area Ring 1 PT Pertamina EP Papua Field, yang beroperasi sejak tahun 1971, setelah perusahaan pelat merah ini membeli saham Sorong Petroleum Company dari Namloose Venoodschap Bataafse Petroleum Maatschaapij (NV.BM) pada 1964.
Inovasi untuk penyempurnaan PERI BERDAYA, terus dilakukan PT Pertamina EP Papua Field dengan mengembangkan metode filtrasi dan kapasitas penampungan. Saat awal digagas, penyediaan sarana air bersih ini menggunakan tiga unit tangki air berbahan plastic sebagai tandon, dengan kapasitas masing-masing 2200 liter.
Dari pola awal air yang disedot dari sungai langsung masuk ke alat penyaringan dan ditampung dalam tiga unit tangki plastik, diubah dengan mengendapkan dulu dalam bak sedimentasi sebelum difilter.
Bak sedimentasi berkapasitas 32000 liter, dirancang dengan memberi sekat (partisi) pada bagian dalamnya. Setiap tetes air yang disedot dari sungai, masuk dalam bak bersekat secara berjenjang sehingga mengurangi kadar lumpur saat berada di sekat terakhir.
Air yang sudah mulai jernih setelah melalui proses pengendapan, kemudian difilter dan ditampung sementara pada tangki berkapasitas 5200. Air bersih dalam tangki ini selanjutnya disedot lagi ke dua bak penampung (reservoar).
Bukan hanya mengubah pola filtrasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, inovasi ini juga menambah kapasitas daya tampung air bersih yang siap disalurkan ke rumah-rumah penduduk.
“Yang itu kapasitasnya juga sama, masing-masing 32000 liter,” kata Arief Kurniawan, Community Development Officer (CDO) PT Pertamina EP, menunjuk dua bak reservoar yang posisinya sedikit lebih tinggi dari bak sedimentasi saat mengunjungi lokasi instalasi ini, Rabu (4/10/2023).
Sampel air bersih dari pengolahan tersebut, pada 15 Januari 2023 diambil dan dibawa ke PT Sky Pacific Indonesia di Bogor untuk diuji. Terdapat 18 parameter wajib yang menjadi standar pengujian, yakni Kekeruhan, Warna, Padatan Terlarut Total (TDS), Suhu, Bau, Rasa, Koliform Total, E. Coli, pH, Fluorida, Besi, Kesadahan Total, Mangan, Nitrat (NO3-N), Nitrit (NO2-N), Sianida (CN2), Surfaktan (Deterjen) dan Pestisida Total.
Proses analisa sampel air dengan matrix untuk hygiene dan sanitasi ini berlangsung selama 18 hari, terhitung sejak 22 Mei 2023. Hasilnya, pH air Kali Minyak Klasafet pasca diolah, 7,05 dengan tingkat kekeruhan 0,5 NTUs (Nephelometric Turbidity Unit) dari Nilai Ambang Batas (NAB) 25 NTUs.
“Sudah jauh lebih baik dan layak dikonsumsi. Cuman kami tidak merekomendasikan untuk langsung di minum. Harus dimasak dulu,” tukas Arief.
Penyediaan sarana air bersih oleh PT Pertamina EP Papua Field ini, juga dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) No. 3 – Kehidupan Sehat dan Sejahtera, No. 6 – Air Bersih dan Sanitasi Layak, No. 10 – Berkurangnya Kesenjangan, No. 11 – Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan, No. 15 – Ekosistem Daratan, No. 16 – Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh, serta No. 17 – Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Demi keberlangsungan program PERI BERDAYA, PT Pertamina EP Papua Field menggandeng Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam) ‘Kali Minyak’ Kampung Maladuk, untuk mengelola sarana air bersih itu.
Frits Hengky Mirino, Ketua BUMKam ‘Kali Minyak’ menyebut, pengelolaan air bersih itu akan menjadi unit usaha baru, melengkapi usaha kios sembako yang saat ini sudah berjalan.
Hasil rapat pengurus BUMKam yang melibatkan aparat kampung dan perwakilan masyarakat menyatakan, rencananya setiap Kepala Keluarga yang menikmati distribusi air bersih itu, akan dikenakan iuran sebesar Rp 75 ribu per bulan.
“Itu keputusan rapat, sebagai ganti biaya operasional kami,” kata Frits kepada rombongan wartawan yang menemuinya, Rabu (4/10/2023).
Sejak resmi dioperasikan pada April 2023, distribusi air bersih PERI BERDAYA dengan metode baru filtrasi, masih dalam tahap uji coba atas. Dari 56 KK yang ada di Kampung Maladuk, baru 35 KK yang dilayani melalui jaringan pipa induk. Jatahnya pun masih dibatasi, mulai 200 sampai 400 liter per hari.
Menjangkau lebih banyak pelanggan air bersih di tiga kampung di Distrik Klasafet, menjadi rencana usaha BUMKam ‘Kali Minyak’ ke depannya. “Kami juga akan menggunakan meter air di rumah pelanggan, untuk melihat volume penggunaan dan menentukan biaya yang harus dibayar,” ungkap Frits.
Selviana Kondologit, Kepala Kampung Maladuk menyebut, tahun ini bendahara telah mengeluarkan Dana Desa (DD) sebesar Rp 45 juta untuk pengadaan jaringan pipa distribusi. Ia akan mengalokasikan lagi anggaran untuk penambahan jaringan pipa air bersih itu, saat DD dari Pemerintah Pusat cair.
“Saat ini semua kebutuhan operasional BUMKam masih dibiayai Dana Kampung. Belum ada pemasukan dari usaha pengelolaan air bersih,” kata Selvi.
Melihat kondisi air hasil filtrasi, BUMKam ‘Kali Minyak’ punya rencana membuka usaha Depo Air Bersih dan menjual air dalam kemasan galon. Kata Selvi, ini menjadi pengembangan usaha yang cukup prospektif. Air galon yang dijual di kios-kios di Klamono dan Klasafet, selama ini didatangkan dari Sorong.
Hariyanto, Comrel & CID Zona 14 Subholding Upstream PT Pertamina EP menyebut, saat ini pihaknya sedang merancang strategi lima tahunan, agar PERI BERDAYA menjadi program yang mandiri dan dapat direplikasi di tempat lain.
Dalam rancangan programnya, Hariyanto berkata, Pertamina EP Papua Field akan melakukan pendampingan untuk penguatan kelembagaan dan pelatihan SDM untuk perawatan alat. Jadi bukan sekedar menyiapkan alat pengolahan air bersih.
“Dalam lima tahun ke depan saat kita exit program, SDM di lembaga ini sudah memiliki kemampuan dan keahlian dalam pengelolaan dan perawatan peralatannya,” kata Hariyanto. (tantowi djauhari)