JAKARTA, jurnalpapua – Produksi perdana LNG dari fasilitas Tangguh Train 3 di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, dikirim ke Nangroe Aceh Darussalam untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik. Kargo LNG pertama dari Train 3 ini, telah berlayar dari kilang Tangguh menuju fasilitas regasifikasi PLN di Arun, pada Rabu, 18 Oktober 2023.
Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas mengatakan, pengapalan pertama kargo LNG ke PLN ini juga memberikan sinyal positif terhadap daya serap gas dalam negeri yang akan digunakan untuk menjawab tantangan energi Indonesia.
Dengan bertambahnya kapasitas produksi gas, membuat LNG Tangguh akan memegang peranan penting dalam menjawab kebutuhan energi gas di Indonesia yang terus bertambah. Total produksi gas dari Tangguh kini mencapai lebih dari sepertiga produksi gas nasional.
“Tangguh merupakan produsen LNG terbesar di Indonesia dan produksi dari Tangguh Train 3 akan berkontribusi besar dalam pencapaian target produksi gas nasional sebesar 12 BSCFD (miliar standar kaki kubik per hari) pada tahun 2030,” kata Dwi Soetjipto, dalam siaran pers yang diterima media ini, Jumat (20/10/2023).
Dengan beroperasinya Tangguh Train 3, maka kapasitas produksi akan bertambah 3,8 juta ton dan membuat total kapasitas produksi tahunan menjadi 11,4 juta ton.
Di luar tambahan Train LNG baru, proyek pengembangan Tangguh juga mencakup konstruksi dua anjungan lepas pantai, 13 sumur produksi, fasilitas pemrosesan LNG, serta infrastruktur pendukung lainnya.
Pada puncak konstruksi, terdapat lebih dari 13.500 pekerja yang terlibat dalam konstruksi proyek yang terletak di wilayah terpencil ini dan sebanyak 155 juta jam kerja telah dihabiskan untuk merampungkan proyek.
Anja-Isabel Dotzenrath, EVP gas and low carbon energy bp mengatakan, dengan beroperasinya Tangguh Train 3 dengan aman maka hal ini menandakan fase baru untuk Tangguh LNG dan merupakan hari yang amat membanggakan.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia atas kemitraan yang solid dan juga dukungan yang terus diberikan kepada kami sehingga hal ini dapat terjadi,” katanya.
Ia bilang, Tangguh merupakan proyek yang penting untuk bp dan untuk Indonesia – dan sekarang, Tangguh akan berkontribusi terhadap sepertiga dari produksi gas Indonesia, dan akan berkontribusi secara signifikan dalam menjawab kebutuhan akan energi yang lebih terjangkau dan dapat diandalkan.
“Untuk bp, membangun bisnis gas/LNG adalah strategi kami untuk bertransformasi menjadi perusahaan energi terpadu (integrated energy company), yang berinvestasi ke sistem energi hydrocarbon dan -bukan atau – kepada pembangunan bisnis rendah karbon yang baru,” tukasnya.
Proyek pengembangan Tangguh merupakan proyek besar ketiga bp yang mulai beroperasi di tahun 2023; setelah proyek Mad Dog II di Gulf of Mexico, Amerika Serikat dan lapangan MJ di pesisir timur India.
Tangguh LNG di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, mulai beroperasi di tahun 2009 dan saat ini terdiri dari fasilitas produksi gas lepas pantai yang memasok tiga Train likuifikasi gas masing-masing sebesar 3,8mtpa
Tangguh dioperasikan oleh BP Berau Ltd sebagai kontraktor SKK Migas mewakili kontraktor kerja sama lain. BP Berau Ltd memiliki 40,22% kepemilikan di proyek ini. Mitra Tangguh yang lain adalah MI Berau B.V. (16.30%), CNOOC Muturi Limited (13.90%), Nippon Oil Exploration (Berau), Limited (12.23%), KG Berau Petroleum Ltd (8.56%), KG Wiriagar Petroleum Ltd. (1.44%), dan Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc. (7.35%). JP03