Pasca Kenaikan BBM, Harga Semen di Papua Melejit Jadi Rp 650 Ribu/Sak

0
196
Aktivitas bongkar muat semen di gudang penyimpanan kawasan Jalan Panjang, Jakarta, Senin, 27 Desember 2021. Menurut catatan Asosiasi Semen Indonesia (ASI) kapasitas terpasang industri pada tahun ini menjadi 116 juta ton. Adapun, pada tahun lalu, penjualan semen di dalam negeri dan ekspor hanya mencapai 71,78 juta ton dan utilisasi produksi 61,7 persen. Foto: TEMPO
Spread the love

JAYAWIJAYA, jurnalpapua.id – Ketua Komisi B DPRD Jayawijaya Iwan Asso menuturkan harga semen di Papua melejit menjadi Rp 650 ribu per sak setelah harga bahan bakar minyak (BBM) naik. Sebelumnya, harga semen per sak dipatok Rp 450 ribu. 

“Semen yang awalnya Rp 450 ribu, hari ini sudah naik menjadi Rp 650 ribu. Ini akibat dari yang terjadi di pusat (penetapan harga BBM terbaru),” kata Iwan seperti dilansir dari Tempo.co, Sabtu (10/9/2022).

Tak hanya semen, harga kebutuhan lainnya pun terkerek naik. Harga bahan pokok di kios-kios di pasar, kata dia, telah meningkat dan dirasakan oleh masyarakat sekitar. Begitu juga dengan tarif angkutan umum baik darat, penyeberangan, laut, maupun udara. 

DPRD Jayawijaya, ucap Iwan, akan meminta dinas memantau fluktuasi harga komoditas untuk mencegah terjadinya inflasi tinggi. “Kami di komisi akan panggil dinas terkait, lakukan pertemuan untuk antisipasi melonjak harga yang terjadi,” katanya.

Pada Kamis, 8 September, mahasiswa Jayawijaya melakukan demo menolak kenaikan harga BBM. DPRD berjanji meneruskan tuntutan mahasiswa kepada pimpinan tertinggi.

“Aksi itu bentuk kekecewaan rakyat terhadap kebijakan pemerintah pusat dan kami mendukung untuk menyuarakan aspirasi itu,” katanya.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai tingginya harga BBM dapat memicu stagflasi. Stagflasi adalah naiknya inflasi yang signifikan, tetapi tidak dibarengi dengan terbukanya kesempatan kerja. 

Bhima pun memperkirakan inflasi bahan makanan yang masih tercatat tinggi pada Agustus, yakni 8,55 persen secara year on year, bakal makin tinggi. Sementara itu, inflasi umum diperkirakan menembus di level 7 sampai 7,5 persen hingga akhir tahun dan bakal memicu kenaikan suku bunga secara agresif.

Bhima berkata, pemerintah seharusnya melakukan pembatasan terhadap penggunaan solar. Subsidi Solar selama ini dinikmati industri skala besar, seperti pertambangan dan perkebunan. JP03 

Google search engine

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here