BINTUNI, jurnalpapua.id – Ikatan Keluarga Toraja (IKT) di Kabupaten Teluk Bintuni, memiliki cara yang berbeda dalam menyambut momentum Paskah tahun 2022 ini. Serangkaian kegiatan olahraga dan kesenian di gelar, untuk menyemarakkan hari suci umat nasrani ini.
Walil Ketua IKT Teluk Bintuni, drg Ferdinand Mangalik menjelaskan, esensi dari perayaan Paskah oleh keluarga besar masyarakat Toraja Teluk Bintuni ini adalah menjalin kebersamaan seluruh keluarga IKT dan masyarakat dari suku lain.
IKT Teluk Bintuni tersebar di tujuh sektor, meliputi sektor SP 1, sektor SP 2 dan 3, SP 4 dan 5, sektor Bintuni Timur, Bintuni Tengah dan sektor Bintuni Barat.
“Harapan kami dengan pelaksanaan pekan olahraga dan seni dalam rangka menyambut Paskah ini, selain mengembangkan bakat masyarakat Toraja di perantauan, juga memupuk tali persaudaraan, saling mengenal sektor satu dengan lainnya,” kata Ferdinand Mangalik.
Yang juga tak kalah penting, kata Ferdinand Mangalik, kegiatan yang dilaksanakan saat momentum keagamaan ini secara rohani dapat meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan umat kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
“Ini sudah ke empat kali kegiatan yang rutin kami gelar setiap tahunnya,” tambah Ferdinand Mangalik.
Sementara disampaikan Ketua Panitia Pelaksana Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) IKT, Amos Solon, untuk pelaksanaan kegiatan tahun ini diserahkan kepada Ikatan Pemuda Toraja (IPT) yang menjadi komponen dari IKT.
Ragam olahraga yang dilaksanakan adalah bola voli putra putri, sepak takraw, tarik tambang, dan catur. Untuk seni, ada lomba menyanyi solo untuk anak dan remaja, serta lomba mewarnai untuk anak-anak.
Seluruh pertandingan yang dimulai sejak 8 April hingga 14 April ini, peserta mewakili masing-masing sektor.
“Puncak acara akan kami laksanakan nanti pada 18 April saat Paskah Kedua,” tandas Amos.
Ketua Pemuda IKT Fransiskus Sugianto menyampaikan terima kasih kepada keluarga besar Toraja yang telah mempercayakan kelompok pemuda untuk melaksanakan Porseni Paskah 2022 ini.
Menurutnya, menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan banyak orang bukan suatu pekerjaan yang mudah. Apalagi yang terlibat bukan hanya masyarakat dari Suku Toraja, melainkan juga ada masyarakat asli Papua yang selama ini berada dalam satu kompleks.
“Ini pekerjaan yang luar biasa. Tapi puji syukur sampai di hari terakhir, seluruh rangkaian kegiatan terlaksana dengan baik,” tukas Fransiskus. JP01