Kobaran Semangat itu Berasal dari Sumur Tua Klamono

0
502
Mariana Ulimpa, perempuan adat Suku Moi menyulut lentera PON XX Papua dengan api abadi yang diambil dari flaring sumur tua PT Pertamina EP di Klamono, Sabtu (25/9/2021). Foto: Tantowi/JP
Spread the love

JURNALPAPUA.ID – OKTOVIANUS Kolin tak kuasa membendung air mata. Berbicara di depan para pejabat dan rakyat biasa, suaranya sedikit serak dengan nada bergetar penuh luapan emosi. Sebagai putra Papua yang lahir di Kampung Posa Distrik Klamono pada 23 Oktober 1973, ia begitu terharu menyaksikan momentum yang baru saja berlalu di depan matanya, pada Sabtu, 25 September 2021.

Kolin baru enam bulan menjabat sebagai Kepala Distrik Klamono, Kabupaten Sorong, Papua Barat. Ia didaulat menyampaikan sekapur sirih dalam prosesi pengambilan api abadi untuk pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XX yang berlangsung di Papua, 2 hingga 15 Oktober 2021.

Mantan Kepala Distrik Klabot, Kabupaten Sorong ini menunaikan perannya setelah Mariana Ulimpa, seorang perempuan suku Moi yang  bersuamikan marga Idik, dipercaya menyulut lentera api PON XX dari flaring di area terbatas Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) PT Pertamina EP Klamono.

Api dari pembakaran gas suar (flaring) di Klamono inilah yang menyedot perhatian jutaan pasang mata penghuni negeri ini, saat Boaz Solossa, pesepakbola nasional asal Papua dipercaya menyalakan obor raksasa di Stadion Lukas Enembe, tempat upacara pembukaan PON XX Tahun 2021 di Papua.

Di stadion berkapasitas lebih dari 40.000 penonton yang ada di Kampung Harapan, Kelurahan Nolokla, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura Papua ini, Presiden Joko Widodo turut menyaksikan langsung kobaran api abadi itu.

Dua lentera api abadi PON XX Papua yang dinyalakan dari flaring sumur tua PT Pertamina EP di Klamono. Foto: Tantowi/JP

Nyala api dimaknai sebagai gambaran dari semangat berkompetisi dan sportivitas untuk meraih prestasi dalam setiap perhelatan olahraga. Sejarah mencatat, selama lebih dari satu abad api menjadi simbol utama dalam pagelaran pesta olahraga dunia.

Begitu juga dalam pesta olahraga terbesar di Indonesia, Obor Api Abadi sudah digunakan sebagai simbol kobaran semangat para atlet sejak PON I diselenggarakan di Surakarta, Jawa Tengah pada tahun 1948.

Klamono menjadi bagian penting dari perjalanan pesta olahraga itu, karena keberadaan PT Pertamina EP Cepu Regional 4 Zona 14 Papua Field yang mengeksplorasi minyak bumi di tanah adat ini. Pertamina menjadi perusahaan milik Negara yang sejak tahun 1964 mengambil alih ratusan sumur minyak dari Nederlansche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM).

NNGPM adalah perusahaan minyak hasil kongsi kolonial Belanda bersama Shell Petroleum Company (SPCO), Stanvac (sebelum Indonesia merdeka perusahaan ini bernama NV Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij/NKPM) dan FarEast Pacific Investment Co, anak perusahaan Caltex. Pada tahun 1935, mereka berpatungan untuk menyedot minyak dari perut bumi Nieuw Guinea, sebelum akhirnya daerah ini berubah nama menjadi Papua.

Baca juga : Dolfinus Sembor, Saksi Hidup Cikal Bakal Pertamina Sorong

Dalam catatan sejarah industri hulu migas di Sorong, nama Klamono begitu melegenda sebagai ladang minyak di Papua. Hikayat terungkapnya kandungan minyak di bumi Klamono yang melimpah versi masyarakat adat, kembali diurai sekelompok anak-anak adat Klamono dalam sebuah teatrikal saat mengawali prosesi pengambilan api abadi PON XX.

Diceritakan, sepasang suami istri bersama seorang anaknya yang masih kecil pergi ke hutan untuk mencari penghidupan. Sang istri mencari buah, dedaunan dan tanaman hutan yang bisa dimakan, sedangkan suaminya menggali tanah untuk mencari sumber air.

Namun dari aktivitas itu, bukan mata air yang diperoleh. Sumber minyak mengalir memenuhi galian itu. Beberapa kali berpindah tempat, didapati hasil yang sama. Heran atas cairan hitam pekat yang memenuhi lubang galian sumur, laki-laki itu memanggil masyarakat di kampung, untuk menyaksikan penemuannya.

“Sepanjang hidup saya di Klamono, baru tadi mengetahui sejarah penemuan minyak itu oleh masyarakat. Ini yang membuat saya terharu, cerita sejarah yang belum pernah saya saksikan,” kata Oktovianus Kolin.

Harianto, Communication Relation & CID PT Pertamina EP Cepu Regional 4 Zona 14 Papua Field. Foto: Tantowi/JP

Namun dari versi lain, potensi alam itu ditemukan NNGPM pada 1936 dan mulai dieksplorasi pada tahun 1948 dengan hasil 4.000 BOPD. Dari penemuan pada 85 tahun silam itu pula yang menjadi ihwal pesatnya perkembangan industri hulu migas dari Indonesia Timur, dan nama Sorong moncer dengan sebutan sebagai Kota Minyak.

Hariyanto, Communication Relation & CID PT Pertamina EP Cepu Regional 4 Zona 14 Papua Field menyebut, dari ratusan sumur minyak peninggalan NNGPM tidak seluruhnya produktif. Di Wilayah Kerja (WK) Salawati misalnya, dari 12 sumur yang ada hanya 5 sumur yang masih menghasilkan minyak dan gas.

Di WK Klamono, dari 300 sumur warisan perusahaan Belanda ini hanya 120 sumur yang produktif. Sedangkan di WK Sele dan Linda, dari  36 sumur hanya aktif 13 sumur, dan dari WK Klamumuk hanya ada 1 sumur yang produktif dari 2 sumur.

Dari sisa sumur yang masih berminyak itu, Pertamina masih mampu mengais kurang lebih 1.000 Barrel of Oil Per Day (BOPD), dengan rincian 438,200 BOPD dari WK Klamono; 99.532 BOPD dari WK Sele & Linda; 337.862 BOPD dari WK Salawati dan 28.340 BOPD dari WK Klamumuk. Sedangkan gas yang dihasilkan, dikisaran; 0,770 Juta Standar Kaki Kubik per Hari (Million Standard Cubic Feet per Day/MSCFD).

“Sumur yang tidak diproduksikan, statusnya sumur suspended atau dihentikan sementara,” kata Hariyanto.

Hasil eksplorasi yang diperoleh saat ini, masih jauh dari angka yang digadang-gadang para pekerja Pertamina EP. Seperti yang tertuang dalam mural di tembok pagar kantor perusahaan di Klademak, Kota Sorong, pekerja Pertamina sedang menuju angka 10.000 BOPD.

Jika hanya mengandalkan sumur-sumur tua peninggalan Belanda, mustahil angka itu akan diraih. Pertamina EP masih bertahan dengan warisan kolonial itu, karena semangat pengabdian sebagai perusahaan milik Negara kepada bangsa, serta kepedulian perusahaan mengelola aset nasional. Ibaratnya kalau pun dari sumur itu hanya menyisakan 1 barel, kata Hariyanto, Pertamina EP masih akan tetap memproduksikan.

Agar iklim bisnis Pertamina di Kabupaten Sorong tetap terjaga, saat ini sedang disiapkan 1 sumur development dan 3 sumur eksplorasi di empat lokasi. Awal tahun 2022, PEP akan memulai tajak sumur di WK SLW A9X Distrik Salawati Tengah, Sumur Kembo, Buah Merah dan Markisa.

Berkaca dari sejarah panjang dan pengabdian dalam melayani, Muhammad Musa’ad, Asisten II Bidang Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Propinsi Papua menilai, sudah selayaknya sumber api abadi PON XX Papua diambil dari sumur Pertamina EP di Klamono.

“Api abadi yang diambil dari Klamono ini akan menjadi titik awal perjalanan Kirab Api PON XX di Tanah Papua. Melalui lokasi yang memiliki nilai historis yang kuat ini, Indonesia pun mencatatkan sejarah baru penyelenggaraan PON XX untuk pertama kalinya di Papua,” kata Muhammad Musa’ad, Asisten II Bidang Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Propinsi Papua, dalam sambutannya saat pelepasan Api PON XX dari Halaman Kantor Bupati Sorong menuju Biak Numfor, Papua, 27 September 2021.

Oktovianus Kolin, Kepala Distrik Klamono (menggunakan batik merah berkalung noken), mengusap air mata haru usai berpelukan dengan Mariana Ulimpa, yang didaulat mengambil api abadi dari flaring Pertamina EP untuk PON XX Papua Tahun 2021. Foto: Tantowi/JP

Sejak diambil dari flaring sumur tua PT Pertamina EP Cepu Regional 4 Zona 14 Papua Field di Klamono pada Sabtu, 25 September 2021, nyala api itu disemayamkan dua malam di pendopo Kabupaten Sorong. Momen yang baru terjadi sepanjang sejarah berdirinya negeri ini, kata Oktovianus Kolin, entah kapan lagi akan terjadi.

Tak heran jika ia begitu mewanti-wanti kepada tiga marga pemilik hak ulayat, dan juga masyarakat Klamono agar memberikan support dalam prosesi itu untuk meninggalkan aroma wangi di hadapan publik Indonesia. Ladang minyak Klamono berada di atas tanah ulayat marga Idik, Mamringgofok dan Klawom.

“Saya bilang kepada tiga marga pribumi yang ada dan seluruh lapisan masyarakat Klamono, mari kita sambut ini dengan baik. Ini kegiatan pertama kali di daerah kita, di kecamatan kita, di kampung kita. Jadi kalau kita menyambut dengan baik, pasti akan ada terjadi lagi seperti ini. Orang akan kembali datang ke tempat kita,” kata Kolin.

Sambil mengusap air mata sebelum mengakhiri kata sambutannya, Oktovianus Kolin yang postur tubuhnya tinggi besar ini, berucap terima kasih kepada semua pihak yang telah memilih Klamono terlibat pesta berskala nasional itu. Untuk kedua kalinya, nama Klamono mencuat ke permukaan melalui ladang minyak yang dikelola Pertamina EP.

“Inilah hasil dari sebuah kerjasama dan pengabdian yang tulus,” tandas Kolin. (tantowi djauhari)

Google search engine

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here