BINTUNI, jurnalpapua.id – Organisasi Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Teluk Bintuni, akan menjadi pelopor pengembangan air terjun Korano Botai yang ada di kawasan hutan Kampung Botai, Distrik Manimeri Kabupaten Teluk Bintuni.
Dipimpin langsung Maria Horna, Ketua Masata Teluk Bintuni, sejumlah pengurus dan relawan Masata meninjau langsung lokasi obyek wisata yang berjarak sekitar 3 kilometer dari jalan raya Bintuni – Manokwari pada Rabu (24/5/2023).
Kampung Botai yang menjadi pintu masuk ke Kabupaten Teluk Bintuni, menjadi kampung terakhir yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Manokwari Selatan. Sementara jarak Kampung Botai dengan ibukota Kabupaten Teluk Bintuni, sekitar 45 kilometer.
Berbekal parang dan meteran, para pengurus Masata membersihkan jalan menuju kawasan air terjun yang diyakini menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun luar daerah. Pemetaan jalur ke obyek wisata ini, akan menjadi data awal Masata untuk membangun jalan yang layak untuk para pengunjung.
Inisiatif Masata di bawah kepemimpinan Maria Horna mengembangkan surga tersembunyi di hutan Botai ini, dilandasi azas manfaat atas potensi wisata alam terhadap masyarakat setempat.
Saat ini, belum ada akses yang terbuka untuk masuk ke kawasan air terjun setinggi 30 meter itu. Masyarakat yang ingin berkunjung, harus menembus semak belukar dan naik turun bukit dengan berjalan kaki selama sekitar 2 jam. Ada dua sungai yang harus dilewati, dan beberapa cekungan jurang yang relatif menguras tenaga.
“Kalau kemudian hanya dibiarkan seperti ini, tidak dikelola dengan baik, maka selamanya potensi alam ini kurang memberi manfaat kepada masyarakat, utamanya masyarakat adat sebagai pemilik ulayat,” kata Maria Horna.
Namun jika potensi alam itu ditata dan kemudian dikelola dengan baik, maka akan memberi efek berganda bagi masyarakat lokal maupun pemerintah daerah. Masyarakat Botai yang akan dilibatkan secara langsung dalam pengelolaan obyek wisata ini, akan menerima hasil retribusi dari para pengunjung.
“Kalau akses masuk sudah dibangun, saya yakin tempat ini akan ramai didatangi pengunjung,” tandasnya.
Sebelum meninjau langsung ke lokasi obyek wisata, Maria Horna selaku Ketua Masata, sudah mempresentasikan gagasannya itu ke Bupati Teluk Bintuni. Inisiatifnya itu mendapatkan respon positif dan apresiasi dari orang nomor satu di Teluk Bintuni tersebut.
“Pak Bupati bilang, silakan Masata kerjakan dulu programnya, nanti pemerintah daerah pasti akan memberikan dukungan,” kata Maria Horna.
Inisiatif Masata yang akan menjadi pelopor pengembangan obyek wisata ini juga mendapat dukungan dari masyarakat Sough yang ada di Kampung Botai. Seperti disampaikan Luter Sayori, pemilik ulayat hutan Botai, masyarakat membutuhkan peran Masata sebagai mitra dalam pengembangan obyek wisata di Botai.
Pasalnya, di dalam kawasan hutan Botai itu, tidak hanya ada satu obyek wisata air terjun, melainkan ada tiga. “Ada juga goa di tempat ini, tapi belum tersentuh untuk dikelola baik sebagai obyek tujuan wisata. Makanya, kami sangat berterima kasih ketika Masata ambil bagian untuk bersama-sama kami masyarakat pemilik ulayat dalam mengelola potensi wisata alam ini,” ungkap Luter.
Selama ini ditambahkan Luter, sudah ada pihak-pihak yang melakukan survey ke lokasi dengan tujuan untuk pengembangan wisata. Namun setelah satu kali datang, mereka tidak kembali lagi untuk melanjutkan programnya.
“Kami mencari mitra yang serius untuk mengurus potensi alam ini. Masyarakat juga sudah berkomitmen untuk memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan bagi semua pengunjung, jika kemudian tempat ini sudah ditata baik sebagai tempat wisata,” tandas Luter. JP01