Sumuri Yang Tertinggal, Bupati dan Anggota Dewan Teluk Bintuni Pergi Kemana?

0
433
Pembangunan dermaga Tofoi yang kini terbengkalai.
Spread the love

Oleh : Gabriel Pangan Dorisara, OSA (Putera Asli Suku Sumuri, salah satu Imam Augustinian)

SUMURI merupakan salah satu distrik di Kabupaten Teluk Bintuni. Nama dari distrik ini memakai nama salah satu suku yang memiliki wilayah adat di Teluk Bintuni yaitu Suku Sumuri. Wilayah pemerintahan distrik ini meliputi wilayah kesukuan dari suku sumuri.

Distrik Sumuri merupakan distrik pemekaran dari Distrik Babo. Meskipun distrik ini sudah dimekarkan sekian tahun, namun distrik ini belum mengalami perkembangan atau kemajuan yang dapat dibanggakan, terutama pembangunan fisik atau prasarana penunjang.

Hal ini menimbulkan sejumlah pertanyaan dari masyarakat seperti, mengapa pemerintah kabupaten tidak memperhatikan pembangunan di wilayah ini? Apakah tidak ada kepala daerah atau anggota dewan perwakilan rakyat (DPRD) yang dipilih dari wilayah ini?, Apakah wilayah ini tidak mempunyai kontribusi untuk pemerintah daerah (Teluk Bintuni), pemerintah provinsi (Papua Barat) dan pemerintah pusat?

Pertanyan-pertanyaan ini lahir dari pergumulan dan keprihatinan masyarakat terhadap realita yang ada. Mungkin benar bahwa pemerintah daerah telah “menutup mata dan telinga” terhadap realita yang terjadi.

Telah sekian lama masyarakat mengharapkan adanya perhatian dari pemerintah daerah, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat terhadap kemajuan di wilayah ini. Namun harapan tinggal harapan pembangunan tidak pernah terjadi.

Kalaupun ada pembangunan, maka pembangunan ini tidak akan berjalan lancar dan mangkrak. Contoh nyata adalah dermaga atau pelabuhan untuk kapal feri atau kapal penumpang di Tofoi yang sampai saat ini tidak jelas pembangunannya.

Jembatan rusak yang dilewati masyarakat Kampung Tanah Merah Baru dan Kampung Saengga, Distrik Sumuri (kiri), kondisi jalan raya menuju kilometer 35 Distrik Aroba Kabupaten Teluk Bintuni menuju Fakfak.

Jalan raya sebagai jalan penghubung antar kampung dan kabupaten di wilayah ini, tidak dibangun baik. Listrik di pusat distrik inipun, nyalanya tidak menentu. Anggota DPRD yang terpilih dari wilayah ini mungkin sedang tidur pulas sehingga tidak dapat melihat realita yang ada dan tidak dapat menyuarakannya kepada pemerintah daerah, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat.

Bupati Kabupaten Teluk Bintuni mungkin lebih banyak sibuk mengurus daerah otonomi baru atau DOB sehingga lupa dengan penderitaan yang dialami oleh masyarakat di wilayah pemerintahan distrik ini.

Jika dilihat dari kontribusi daerah ini untuk pemerintah daerah, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat tentu tidak kalah jauh dari daerah lain terutama sumber daya alamnya (SDA). Dari darat, laut dan perut bumi memiliki potensi yang melimpah yang mengundang para investor untuk datang  dan mengeruknya.

Misalnya di Kampung Tanah Merah terdapat perusahaan gas LNG TANGGUH. Di Kampung Tofoi terdapat Perusahan Sawit, dan Perusahan Genting Oil yang juga akan beroperasi di waktu dekat. Serta pabrik pupuk Gresik yang hendak dibuka di Kampung Onar, yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan atau tarik-menarik di kedua belah pihak yakni pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni dan Pemerintah Kabupaten Fakfak tentang lokasi di mana pabrik itu akan dibangun.

Mereka boleh berdebat atau ribut tentang pembangunan pabrik yang mengeruk SDA wilayah ini. Tapi mereka tidak pernah ribut tentang pembangunan manusia dan sarana penunjang bagi manusia di wilayah ini. Karena itu semoga dengan tulisan singkat ini dapat membuka mata hati para pemangku kebijakan di wilayah pemerintahan ini, mulai dari pemerintah kecil sampai pusat untuk melihat penderitaan yang dialami oleh masyarakat di wilayah pemerintahan Distrik Sumuri. **

Google search engine

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here