SORONG, jurnalpapua.id – Walikota Sorong Drs Ec Lambertus Jitmau didaulat meresmikan patung sosok Pendeta Domine Eduar Osok yang menjadi ikon baru Bandara DEO Kota Sorong, Selasa (1/3/2022).
Namun dalam prosesi peresmian paket proyek landscape senilai Rp 2,1 miliar ini, ada hal yang tidak dipersiapkan dengan baik oleh panitia dan membuat Walikota Lambert Jitmau kesal.
Saat momentum penandatanganan prasasti, Walikota Sorong dua periode ini membuang spidol yang ternyata tidak berfungsi dengan baik saat digunakan untuk tandatangan. Lambert kemudian mengambil spidol cadangan yang disiapkan panitia, untuk meneruskan goresan tandatangan yang ada di prasasti.
Karena tandatangan orang nomor satu di birokrasi Kota Sorong ini terlihat belepotan, Lambert meminta Kepala Unit Penyelenggaraan Bandar Udara (UPBU) Kelas 1 DEO Sorong, untuk membuat ulang prasasti dan membawa ke kantor walikota untuk di tandatangani.
“Nanti buat ulang dan bawa ke kantor, saya tandatangani lagi,” ujar Walikota Lambert, sambil meninggalkan meja prasasti.
Tidak berhenti di masalah spidol. Ketidaksiapan panitia dalam memeriksa ulang peralatan yang dibutuhkan dalam peresmian, juga terjadi pada tombol sirine. Tombol berwarna merah ini terlihat lepas dan walikota meninggalkan lokasi, ketika sejumlah pejabat masih bersama-sama memencet tombol sirine.
Tombol yang berfungsi menghubungkan dengan mesin pompa air mancur yang ada di bawah patung Pdt Domine Eduar Osok itu, juga tidak berfungsi maksimal. Air yang diharapkan langsung menyembur ke atas, ternyata tidak sesuai harapan.
“Coba diperiksa yang disana,” kata Cece Tarya, Kepala UPBU Kelas I DEO Sorong menunjuk kolam di bawah patung, sambil membetulkan tombol sirine.
Patung Pdt Domine Eduar Osok menjadi ikon baru bandara terbesar di Papua Barat ini. Patung setinggi 5 meter ini dibangun satu paket dengan proyek gapura dan landscape yang ada di bagian depan bandara DEO.
Dijelaskan Cece Tarya, pekerjaan landscape ini adalah proyek APBN yang dalam kontraknya diselesaikan selama lima bulan. Namun Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek ini sudah menandatangani addendum atau perubahan kontrak, karena adanya keterlambatan penyelesaian kontrak.
“Karena ada kesulitan kita memastikan wujud dari Pak Domine Eduar Osok ini seperti apa. Kami dari pihak bandara tidak ada yang tahu, sehingga saat itu terjadi keterlambatan memulai pekerjaan meski kontrak sudah berjalan,” kata Cece Tarya.
Meski sudah diresmikan, monumen Pdt DEO ini masih akan dilakukan penyempurnaan, dengan menambah tulisan I Love Sorong di bagian belakangnya. Kemudian untuk menambah asri, pengelola bandara sudah mendapatkan pengusaha nursery yang siap diajak kerjasama, untuk menanam bunga-bunga.
“Kami hadirkan monument ini menjadi sesuatu yang luar biasa untuk bisa digunakan foto-foto. Ini menjadi kebanggaan kita, yang menjadi penanda bahwa kita tidak ketinggalan dengan wilayah lain,” tukas Cece.
Banyak Permintaan
Sementara Walikota Sorong meminta agar pengelola bandara DEO menambah fasilitas untuk pesawat dan penumpang, berupa pembangunan parallel taxy way, penambahan jumlah garbarata serta pembangunan sejumlah fasilitas lain di sisi darat.
Permintaan itu kata Lambert, sudah pernah disampaikan kepada Kementerian Perhubungan RI.
“Garbarata tambah tiga. Siap to.. menteri sudah siap. Tahun 2023 bangun runway kembar (parallel taxiway). Tolong, saya sudah bicara dengan Pak Menteri dan pak menteri setuju. Kalau tidak nanti saya suruh pak presiden ganti kamu dua,” pinta Lambert, sembari berkelakar.
Penambahan fasilitas itu disampaikan Lambert, untuk mengantisipasi perkembangan wilayah Kota Sorong yang diprediksi akan terus tumbuh, yang ada diikuti oleh jumlah penumpang pesawat di Kota Sorong yang terus tumbuh.
Kehadiran bandara dengan fasilitas yang memadai, sangat dibutuhkan Kota Sorong sebagai daerah yang tidak memiliki sumber daya alam.
Menanggapi permintan ini, Cece Tarya menyampaikan bahwa rencana pengembangan bandara DEO Kota Sorong akan dimulai pada tahun 2026, sesuai kajian dari tim konsultan. Penambahan fasilitas, kata Cece, akan disesuaikan dengan kebutuhan penumpang maupun cargo.
Tahun 2021, UPBU Kelas I DEO Sorong sudah memiliki dokumen review rencana induk yang diitegrasikan dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Sorong. Dalam dokumen itu terdapat zonanisasi rencana pengembangan bandara dan juga tahapannya.
Berdasarkan tahapan itu, menjadi bagian dari rencana strategis pengembangan Bandara DEO, yang nanti menjadi bagian dokumen referensi pembangunan. Namun yang harus melihat, setiap pembangunan itu harus menghasilkan out come, pemanfatan yang luar biasa. Jangan sampai kita membangun tapi tidak menghasilkan sesuatu,” kata Cece Tarya. JP01