BINTUNI, jurnalpapua.id – Setelah sekitar dua tahun mengembangkan sayap bisnisnya ke Kabupaten Teluk Bintuni, manajemen PT Salam Pasific Indonesia Lines (SPIL), perusahaan pelayaran peti kemas asal Surabaya ini memutuskan hengkang dari pelabuhan kelas II Teluk Bintuni.
Sejak 16 September 2021 lalu, perusahaan shipping and logistic (shiplog) ini tidak lagi membuka pelayanan pengiriman barang dalam kemasan kontainer dari Surabaya ke Teluk Bintuni. Alasan yang disampaikan pihak manajemen kepada jurnalis media ini, selama pandemi covid-19 volume pengiriman barang ke Teluk Bintuni terus menurun, dan berpotensi memicu kerugian PT SPIL.
“Komitmen apa dari pemda buat kami PT SPIL…?? Muatan lama-lama menurun. Perlu diketahui, nafas perusahaan juga dari income muatan. Kalau muatan tidak ada, support darimana yang bisa menutupi biaya operasional kami..?” kata Arik Suyono, mantan Kepala Cabang PT SPIL Teluk Bintuni kepada media ini, Sabtu (18/9/2021).
Keputusan menutup layanan ke Teluk Bintuni ini, menurut P.C Martubongs, Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas II Bintuni, akan memicu kenaikan harga kebutuhan pokok di masyarakat.
Sebab, dengan tidak adanya pengiriman barang melalui kontainer dari Surabaya, otomatis para pengusaha akan kembali menggunakan ekspedisi dengan system loss cargo alias tanpa kontainer, dengan biaya lebih mahal.
Disampaikan Maturbongs, sejatinya ada jalan keluar yang bisa ditempuh jika PT SPIL tetap berkomitmen membuka pelayanan untuk menekan disparitas harga kebutuhan pokok di Kabupaten Teluk Bintuni.
Jika alasannya rugi karena sepinya muatan, SPIL bisa masuk ke jalur Toll Laut untuk mendapatkan subsidi dari pemerintah atas barang-barang yang diangkut.
“Tapi opsi ini tidak ditempuh, dan langsung mengambil keputusan pergi. Kami akan sampaikan keputusan ini kepada Pak Bupati,” kata Maturbongs. JP01