TMMD, Jalur Cepat Mengejar Ketertinggalan

0
287
Satgas TMMD ke-111 bergotongroyong membangun rumah penduduk di Kampung Idoor Distrik Wamesa.
Spread the love

“KETIKA Jenderal M. Yusuf dilantik menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan Panglima ABRI (Menhankam Pangab) pada tahun 1978 oleh Presiden Soeharto, ada perintah untuk membangun kemanunggalan ABRI dan Rakyat. ABRI harus menyatu dengan masyarakat untuk bersama-sama membangun pedesaan dan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Perintah ini yang kemudian dijabarkan Jenderal M Yusuf dalam bentuk program ABRI Masuk Desa (AMD)”.

JURNALPAPUA.ID – BERDIRI di atas podium, Letkol Inf Kadek Abriawan S.IP serius membaca laporan pelaksanaan program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-111 Tahun Anggaran 2021. Tak jauh dari posisinya, Komandan Korem 182/Jazira Onim, Kolonel Inf Yudha Medy Dharma Zafrul dan Bupati Teluk Bintuni Ir Petrus Kasihiw MT, dengan seksama menyimak sambil duduk.

Ini adalah momentum sakral yang menjadi penanda secara resmi dimulainya TMMD ke-111, yang dilaksanakan Kodim 1806 Teluk Bintuni di Kampung Idoor Distrik Wamesa Kabupaten Teluk Bintuni. Berlangsung selama 30 hari, program pembangunan sinergi pemerintah daerah dengan TNI AD di tanah sisar matiti ini dibuka Bupati pada 15 Juni 2021.

Jabatan Letkol Inf Kadek Abriawan S.IP sebagai Komandan Kodim 1806 Teluk Bintuni, menjadikan perwira menengah TNI AD ini otomatis didapuk sebagai Komandan Satgas TMMD ke-111 di Kampung Idoor Distrik Wamesa.

Sedangkan Komandan Korem 182/JO bertindak selaku Penanggung Jawab Keberhasilan Pelaksanaan (PKP) dengan Pengendali Kegiatan Operasi (PKO) Pangdam XVIII/Kasuari. Pelaksanaan program ini didasari Surat Telegram Danrem 182/JO Nomor ST/20/2021 tanggal 31 Maret 2021 tentang Perintah Merencanakan dan Menyiapkan Pelaksanaan Kegiatan TMMD ke-111 Tahun Anggaran 2021.

“Program TMMD ini bertujuan membantu Pemerintah Daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan yang bersifat fisik maupun non fisik, serta memantapkan Kemanunggalan TNI dan Rakyat dalam rangka mewujudkan ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh guna terciptanya suasana yang kondusif bagi terwujudnya stabilitas keamanan dalam negeri,” urai Letkol Kadek dalam laporannya.

TMMD yang menjadi program unggulan TNI AD ini, awalnya bernama ABRI Masuk Desa (AMD) saat pertama kali digagas tahun 1978 oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan Panglima ABRI (Menhankam Pangab), Jenderal M Yusuf. Penggunaan nama TMMD resmi dipakai pada tahun 2000, ketika organisasi TNI resmi dipisah dengan Polri.

Tetapi prioritas kegiatan yang ada dalam TMMD, masih sama dengan ketika masih berlabel AMD. Bahkan skala program lintas sektoral ini, berkembang lebih luas lagi. Sasaran TMMD adalah peningkatan sarana dan prasarana fisik maupun non fisik, yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat. Lokasi yang dipilih pun selalu berada di pelosok kampung, jauh dari hiruk pikuk dan gemerlap lampu kota.

Pada pelaksanaan TMMD ke-111, Kodim 1806 Teluk Bintuni dan Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni, telah menetapkan lokasi di Kampung Idoor Distrik Wamesa, Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat. Menilik kondisi geografis perkampungan ini, sudah sangat ‘memenuhi syarat’ sebagai sasaran TMMD. Jauh, sulit diakses, dan masih tertinggal.

Sebagai salah satu dari 24 distrik yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni, butuh waktu sekitar 10 sampai 12 jam lewat melalui jalur darat untuk menuju Wamesa. Itu pun jika kondisi cuaca panas, tidak hujan yang ‘menghancurkan’ badan jalan. Akses jalur darat sejauh sekitar 120 kilometer ini, harus ditempuh melalui perkampungan di Distrik Tahota, Kabupaten Manokwari Selatan. Sekali jalan, ongkosnya Rp 3 juta.

Atau jika ingin sedikit lebih cepat, ada jalur laut dengan durasi tempuh selama 5 jam. Perahu viber dengan dua mesin tempel berkapasitas mesin 15 PK, sudah spek paling andal yang bisa digunakan. Lebih besar dari itu, dipastikan kandas. Sungai yang menghubungkan perairan teluk dengan Kampung Idoor, Ibu Kota Distrik Wamesa ini sangat minimalis, panjang dan berkelok. Tidak sebesar Sungai Gangga yang kondang dari India.

Suasana gelap di Kampung Idoor karena fasilitas penerangan tidak nyala.

Kampung Idoor adalah salah satu dari empat kampung definitif yang ada di Distrik Wamesa. Tiga kampung lain bernama Kampung Yakati, Kampung Yensei dan Kampung Mamuranu. Dua kampung lagi saat ini sedang proses pemekaran, yakni Kampung Anakasih dan Kampung Wasari.

Posisi Kampung Idoor berada di lembah, dihimpit Gunung Maskeri dan Gunung Waibi. Fakta geografis ini yang menurut Yoel Idorway, Ketua RT 02 Kampung Idoor, menjadikan warganya sudah akrab dengan banjir jika turun hujan.

“Apalagi kalau hujan bersamaan dengan air laut pasang. Jalan ini rata dengan air pak,” kata Yoel Idorway sambil menunjuk kebawah, saat berbincang dengan media ini, Rabu (23/6/2021).

Kampung Idoor dihuni oleh sekitar 700 jiwa dengan 144 Kepala Keluarga (KK). Jumlah tempat tinggal dan populasi penduduk yang tidak seimbang menjadi penyebab satu rumah dihuni beberapa KK. Secara umum, karakteristik masyarakat kampung ini cukup baik, ramah dan sopan. Mereka sangat menerima warga yang sekedar datang berkunjung atau yang menetap untuk tinggal.

Untuk menopang kebutuhan perut, warga Idoor mengandalkan berburu binatang liar di hutan, memancing ikan di sungai atau mengolah pohon sagu. Namun hasil kerja itu lebih banyak dikonsumsi sendiri bersama keluarga, daripada dibawa ke kota untuk dijual. Lagi-lagi faktor akses menuju keramaian pasar yang sulit, jauh dan pastinya high cost.

Jika malam, penduduk Idoor juga tidak asing dengan cahaya lilin sebagai penerangan. Mesin genset yang menjadi sumber penerangan warga kampung, tidak bisa difungsikan karena tidak adanya bahan bakar. Begitu juga generator pembangkit listrik tenaga air terjun di kampung ini, sudah lama tidak berguna karena tidak ada yang bisa memperbaiki kerusakan mesinnya.

Kompleksitas problem ketertinggalan masyarakat itu yang secara bertahap diurai oleh TNI dan Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni melalui program TMMD ke-111. Ada tiga kegiatan fisik infrastruktur yang dilakukan; pembangunan 8 unit rumah sosial type 36 konstruksi kayu, pengerasan jalan sepanjang 375 meter serta pemasangan jaringan pipa air bersih sejauh 1.900 meter.

“Ini adalah berkat buat kami, setelah 20 tahun lebih tidak ada pembangunan rumah sosial di Kampung Idoor,” kata Oktovianus Kawab, salah seorang warga Idoor.

Sebanyak 50 unit rumah sosial yang dibangun pemerintah, kata Oktovianus, saat ini kondisinya sudah tidak layak. Rumah itu dibangun ketika Teluk Bintuni masih berstatus sebagai distrik, dengan Kabupaten Manokwari sebagai induk pemerintahannya.

Letkol Inf Kadek Abriawan S.IP, Komandan Satgas TMMD ke-111 Kodim 1806 Teluk Bintuni menyebut, 8 unit rumah yang dibangun dalam program TMMD ke-111 ini, hanyalah sebagai embrio dan stimulus. Masyarakat di harapkan bisa melanjutkan dengan membangun unit rumah baru sehingga Kampung Idoor menjadi lebih ramai, maju dan berkembang.

“Yang kita laksanakan ini adalah upaya mengejar ketertinggalan saudara kita yang ada di sini. Kita harus sadari bahwa di Kampung Idoor ini, masyarakatnya masih cukup terbelakang baik dari pendidikan, kesehatan dan lainnya. Makanya, selain melaksanakan kegiatan fisik, dalam TMMD ini juga ada kegiatan non fisik berupa penyuluhan kesehatan, pendidikan maupun wawasan kebangsaan,” urai Letkol Inf Kadek Abriawan S.IP.

Lulusan Akademi Militer tahun 2002 ini menerjunkan 150 personil lintas sektoral sebagai kekuatan utama dalam menggerakkan TMMD ke-111. Selain memboyong prajurit Batalyon Infrantri 763/SBA, anggota Koramil dan Kodim, Kadek Abriawan juga melibatkan para ASN dan masyarakat lokal Idoor.

Bupati Teluk Bintuni, Ir Petrus Kasihiw MT dan Wakil Bupati Matret Kokop SH.

Paket komplit dari program TNI inilah yang membuat Ir Petrus Kasihiw MT, Bupati Teluk Bintuni kepincut. Melalui TMMD, bukan hanya pembangunan infrastruktur fisik bangunan yang diperoleh secara cepat dan tepat, melainkan ada ‘bonus’ pembangunan sumber daya manusia lewat berbagai penyuluhan.

Kata Bupati Petrus Kasihiw, TMMD adalah cara cepat untuk mengejar ketertinggalan pembangunan di wilayahnya. Tak heran jika kemudian Pemda Teluk Bintuni menggelontorkan duit APBD sebanyak Rp 4,7 miliar untuk program ini.

“Untuk bisa cepat menjawab kebutuhan (pembangunan) masyarakat, langkahnya lewat TMMD. Satu bulan selesai. Manfaatnya bisa langsung dinikmati. Selain itu juga ada sosialisasi tentang covid atau lainnya, yang itu tidak didapat di daerah lain. Jadi masyarakat harus sambut program ini dengan suka cita,” pesan Petrus Kasihiw. (tantowi djauhari)

Google search engine

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here