Pengambilan Api Abadi PON XX Papua di Pertamina Klamono Disambut Penderitaan Masyarakat Adat

0
246
Sekelompok orang yang mengatasnamakan masyarakat adat, menyampaikan aspirasinya saat momen pengambilan api abadi PON XX Papua di Klamono, Sabtu (25/9/2021). Foto: Tantowi/JP
Spread the love

SORONG, jurnalpapua.id – Momentum pengambilan api abadi untuk PON XX Papua di PT Pertamina Papua Field Zona 14 Klamono, Kabupaten Sorong pada Sabtu (25/9/2021), diwarnai aksi dari sekelompok orang yang mengatasnamakan masyarakat adat.

Kepada rombongan pejabat daerah dan tim penyelenggara PON XX Papua, aksi yang dikoordinir Mariana Ulimpa ini membeberkan penderitaan mereka selama 83 tahun, melalui sebuah spanduk.

Sebagai masyarakat adat di Ring I wilayah operasi PT Pertamina, kehidupan tiga marga (Idik, Mamringgofok dan Klawom), hidup dalam kemiskinan dan tertinggal di atas kandungan emas hitam dan emas hijau yang berllimpah.

“Dengan permintaan kami kepada pemerintah pusat, pemerintah Propinsi Papua Barat, Pemerintah Papua dan Perusahaan PT Pertamina, jangan hanya datang untuk mengambil emas hitam dan emas hijau saja. Kalau boleh buat kami hidup kaya di atas emas hitam dan emas hijau, di atas tanah adat milik ahli waris ketiga marga di ring I Distrik Klamono,” begitu tulisan yang ada di spanduk.

Mariana Ulimpa, tokoh LSM yang selama ini menjadi motor penggerak dalam aksi-aksi masyarakat adat Klamono di wilayah adat Marga Idik, Mamringgofok dan Klawom di Klamono, berdiri paling depan dalam aksi itu.

Sambil membunyikan peralatan musik tradisional, puluhan orang ini sesekali menari, menunggu kedatangan rombongan pejabat dan panitia pengambilan api abadi PON XX di jembatan Kali Klasafet. Mariana sempat mengancam akan memalang area PT Pertamina, jika para pejabat itu tidak jadi datang ke Klamono.

Pada pukul 10.19 WIT, rombongan yang mereka tunggu akhirnya muncul. Bupati Sorong Dr. Johny Kamuru yang diwakili oleh Suka Harjono S.Sos, datang bersama Dandim 1802 Sorong Letkol Budiman, Asisten Bidang Administrasi Pemerintah Propinsi Papua Barat Reymond Richard Hendrik serta panitia pengambilan api abadi PON XX Papua.

Setelah kelompok aksi dan rombongan pejabat ini bertemu di atas jembatan, pasukan Mariana Ulimpa berbalik arah mengawal mereka menuju area PLTMG PT Pertamina tempat instalasi sumber api pembuangan gas berkobar.

Oktovianus Kolin, Kepala Distrik Klamono. Foto: Tantowi/JP

Oktovianus Kolin, Kepala Distrik Klamono kepada wartawan menjelaskan, aksi masyarakat seperti itu adalah hal biasa untuk menyuarakan aspirasi mereka. Meskipun fakta di lapangan kondisi masyarakat adat di Klamono tidak seperti yang tertulis dalam spanduk.

“Yang penting kita ajak komunikasi mereka, kita terima aspirasinya ya sudah. Yang penting aksi itu tidak mengganggu pelaksanaan prosesi pengambilan api abadi,” kata Kolin, mantan Kepala Distrik Klabot ini.

Dalam prosesi pengambilan api abadi, pasukan Mariana Ulimpa ini diakomodir untuk tampil dalam teatrikal yang bercerita asal mula bagaimana masyarakat Klamono menemukan kandungan minyak di dalam tanah adat mereka.

Menurut Kolin, pertunjukkan itu adalah aksi spontanitas yang tak ada dalam rangkaian prosesi pengambilan api abadi.

“Saya sangat terharu dengan pertunjukkan itu. Selama ini, saya baru melihat bagaimana awal mula masyarakat adat di Klamono menemukan kandungan minyak di dalam tanah adat mereka,” kata Kolin. JP01

Google search engine

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here