
TULISAN ini masih tentang hilangnya Iptu Tomi Samuel Marbun, mantan Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni, Polda Papua Barat. Di bagian kedua tulisan ini, redaksi kembali mengulas suasana pilu pada diri Riah L. Tarigan, istri sang perwira polisi.
Bagian pertama : Iptu Tomi Samuel Marbun, Lenyap Saat Jalankan Perintah Operasi Senyap
Bersama keluarga besarnya, Riah yang dipersunting Tomi Marbun pada 22 November 2022, masih terus berjuang mencari keadilan.
Sejak dikabarkan hilang pada 18 Desember 2024, tidak ada penjelasan yang pasti kepada keluarga, bagaimana sebenarnya peristiwa itu terjadi. Sebaliknya, kepingan informasi yang penuh kejanggalan, semakin membuat gundah keluarga Riah.
Sudah sepatutnya mama muda ini kecewa, sedih dan marah. Rencana merayakan Natal pertama bersama buah hatinya pupus. Begitu pula senyum kebahagiaan yang akan diabadikan lewat kamera, tak pernah lagi jadi kenyataan. Baju Santa yang sudah siapkan untuk sang bayi, menjadi saksi bisu kepedihan keluarga kecil ini.
“Saya bukan istri dan ibu yang baik. Tapi sampai titik terakhir darah saya, untuk keluarga kecil saya. Saya orang Batak yang lahir di Papua. Jadi saya anti sifatnya berbohong, cuci tangan, apalagi melebih-lebihkan cerita,” tulis Riah, istri IPTU Tomi Samuel Marbun.
Perempuan yang baru membangun keluarga kecil ini, tak kuasa menahan kekecewaan. Rasa sedih, kesal dan marah yang terakumulasi, tak kuasa lagi ia bendung. Perasaan itu ditumpahkan pada laman akun medsosnya.
Riah merasakan loyalitas suaminya sebagai polisi kepada atasan, ibarat sepah yang dibuang, karena tak ada lagi rasa manisnya.
“Halo teman2 sosmed semua. Banyak sekali teman2 yg bertanya2. Apa yang terjadi pada keluarga kecil kami. Kali ini sy bakal buka terang2an apa yg sy alami dan rasakan sampai sejauh ini. Dari sebelum suami sy ijin tugas, pergi tugas, dinyatakan hilang, proses pencarian, dan sampai sekarang tanpa kejelasan,” kata Riah.

Kisah ini diawali pada 11 Desember 2024. Riah dan keluarga kecilnya baru tiba di Teluk Bintuni, Papua Barat. Hari-hari berikutnya, Tomi Marbun yang saat itu menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni, disibukkan dengan persiapan ‘Operasi Senyap’.
Ini adalah operasi memburu Kelompok Kriminal Bersenjata Organisasi Papua Merdeka (KKB OPM) di Moskona, wilayah hukum Polres Teluk Bintuni, Polda Papua Barat.
Beberapa kali Tomi Marbun sempat menanyakan pendapat sang istri, terkait dengan operasi KKB ini. Dalam suatu kesempatan makan siang bersama, Tomi Marbun mengungkap desakan pada dirinya, agar segera masuk hutan.
“Sambil saya suapi, tiba-tiba suami saya nyeletuk. Ini didesak-desak terus suruh naik sebelum TR keluar karena itu kejar Kombes,” tulis Riah.
TR adalah istilah yang lazim digunakan di internal kepolisian, untuk menyebut surat telegram yang menjadi keputusan pimpinan dalam hal mutasi personil.
Sedangkan Kombes atau Komisaris Besar, adalah penyebutan pangkat perwira menengah kepolisian, setelah pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP). Jika di lingkungan tentara, Kombes sama dengan pangkat Kolonel.
Memburu dan menangkap komplotan KKB OPM, menjadi kinerja yang prestisius. Ini adalah kelompok di Papua yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Berhasil menghentikan pergerakan langkah OPM, menjadi portofolio emas dalam menapaki karir.
Tetapi Riah tidak menyebut, siapa yang mendesak suaminya agar segera masuk hutan memburu KKB OPM. Begitu juga siapa sosok yang mengejar pangkat Kombes, sebelum TR turun.

Ia hanya mengenang, disela kesibukan Tomi Marbun mempersiapkan operasi itu, suaminya masih sempat mendekorasi rumahnya untuk merayakan Natal bersama.
“Ini Natal pertama anak kami, Shem. (Dan) kami berencana mau foto pake baju santa 1 keluarga. Suami saya janji bakal upload foto itu di IG-nya. Tapi sampai sekarag suami say abelum kembali,” tulis Riah, dengan menyematkan emoticon hati yang retak.
Minggu malam, 15 Desember 2024. Riah sempat memamerkan baju santa warna merah kombinasi putih untuk anak-anak, lengkap dengan ikat pinggangnya. “Buat Shem sayang” kata Riah, melalui percakapan WA kepada suaminya.
Ini adalah detik-detik momen terakhir pertemuan dan percakapan mereka. Minggu siang sebelum keberangkatannya ke hutan, Tomi Marbun sempat mengajak Riah berbicara, empat mata. Tapi obrolan itu belum terwujud, karena terjeda makan siang.
Malamnya, Tomi Marbun meminta istrinya transfer uang 30 juta, sebagai uang transport operasi. Riah sempat protes permintaan itu. Mengapa memakai uang pribadi untuk tugas. “Tapi suami saya bilang; Itu lagi. Abis yang desak2 tidak kasih modal”.

Sebelum berangkat, Tomi Marbun mengajak berdoa bersama. Mertua Riah, juga ikut serta melalui Video Call. Riah sempat melihat suaminya meneteskan air mata. “Saya tanya; Papi Takut? Tapi suami saya cuma senyum-senyum bilang “tidak”. Setelah itu, suami saya berpamitan dan pergi ke titik kumpul”.
Permintaan Olah TKP
Dengan berbagai versi yang berbeda terkait kronologi hilangnya Tomi Samuel Marbun, pencarian dilakukan hingga 31 Desember 2024. Muara sungai yang jaraknya kurang lebih 10 jam dari Tempat Kejadian Perkara (TKP), menjadi sasaran.
Ada pertanyaan yang mengganggu benak Riah. Mengapa saat awal kejadian dan dirinya minta penebalan pasukan untuk pencarian suaminya, dijawab tidak ada longboat. Hanya dua sampai 3 longboat turun mencari hingga muara.
Namun disaat Kapolda Papua Barat mengeluarkan surat perintah, pihak Polres langsung sigap menyediakan 12 longboat.
Riah semakin merasakan janggal, atas misteri hilangnya Tomi Marbun, suaminya. Handphone dengan kondisi terbungkus plastik dengan klip anti air, baju anti peluru dan senjata api yang sebelumnya melekat pada tubuh Tomi Marbun, kembali utuh. “Suami saya mau pergi nangkap KKB, tapi dia lepas baju anti peluru dan senjatanya??” tulis Riah, penuh tanda tanya.
Yang membuatnya tak habis pikir, tim yang bersama suaminya, masih melanjutkan operasi perburuan KKB, setelah melaporkan peristiwa tenggelamnya Tomi Marbun pada pukul 10.00 Wit. Riah bertanya, apa lebih berharga penangkapan KKB dibanding (menyelamatkan) nyawa seseorang yang membutuhkan pertolongan??
Pihak Polres sempat menanyakan, apa yang keluarga mau atas peristiwa pilu itu. Riah menginginkan adanya oleh Tempat Kejadian Perkara (TKP). Namun keinginan itu, katanya, belum terwujud hingga saat ini.
“Dengan semua kejanggalan yang terjadi kepada saya, maka saya menduga Kapolres juga mengetahui atau justru membiarkan kejanggalan itu terjadi,” tutup Riah. ***