BINTUNI, jurnalpapua – Peristiwa pengeroyokan disertai ancaman pembunuhan menggunakan senjata api yang menimpa Sulfianto Alias, Direktur LSM Panah Papua pada Jumat (20/12/2024) dini hari, diduga dilatari persoalan politik.
Sulfianto Alias dituduh ada kerjasama dengan Yustina Ogoney, Kepala Distrik Merdey Kabupaten Teluk Bintuni dan Roy Marthen Masyewi, anggota DPRD Kabupaten Teluk Bintuni untuk memenangkan pasangan calon Yohanis Manibuy-Joko Lingara (YOJOIN) saat momen Pilkada 27 November 2024.
Tuduhan itu, kata Sulfianto, disampaikan para pelaku saat dirinya dipukuli di kawasan Tanah Merah, Awarepi.
“Mengaku saja. Kamu ada kerjasama dengan Bu Distrik dan Roy untuk YOJOIN to,” kata Sulfianto, menirukan ucapan salah seorang pelaku sambil melayangkan pukulan.
Berita Terkait : Di Teluk Bintuni, Aktivis Lingkungan Menjadi Korban Pengeroyokan
Peristiwa kriminal ini berawal sekira pukul 00.30 WIT, saat Sulfianto berjalan keluar dari café Cenderawasih di Kalitubi. Di belakangnya, ada orang yang tak ia kenal berteriak dan mengejar korban. Karena merasa tidak kenal, Sulfianto terus berjalan menuju area parkir di belakang.
Di tempat ini, korban mulai mendapat pukulan dan tendangan dari para pelaku. Merasa terancam, Sulfianto kembali berlari masuk ke tempat karaoke dan sembunyi di dalam kamar mandi. Para pelaku yang berjumlah sekitar 4 orang, berhasil mendonrak pintu kamar mandi dan menyeret Sulfianto keluar, dan kembali dipukuli.
Saat itu, salah seorang pelaku mengaku anggota polisi dan mengajak Sulfianto naik motor KLX. Sulfianto mengira dirinya akan diajak ke Polres untuk diperiksa atas perkara yang belum ia ketahui.
“Dia bilang, sudah kamu aman. Saya ini polisi,” kata Sulfianto, menirukan ucapan pelaku.
Nyatanya, Sulfianto bukan dibonceng menuju kantor Polres, tapi kembali di interogasi dan dipukul beramai-ramai di Kawasan Tanah Merah, Awarepi. Di sini Sulfianto disuruh mengaku ada kerjasama politik dengan Yustina Ogoney dan Roy Masyewi saat Pilkada 27 November 2024.
“Saya diancam mau dibunuh dengan pistol. Saya sudah bilang ke mereka, saya ada hubungan kerja dengan Bu Distrik Merdey untuk pemetaan wilayah adat,” kata Sulfianto.
Di tempat ini, para pelaku memeriksa ponsel Sulfianto untuk mencari bukti atas tuduhannya. Pada saat yang bersamaan, Roy Masyewi telepon ke ponsel Sulfianto. Salah seorang pelaku meminta Sulfianto menjawab telepon itu, dan melarang Sulfianto mengaku sedang berada di mana. “Jangan bilang di sini. Ko bilang sedang di rumah,” kata Sulfianto menirukan ucapan pelaku.
Namun permintaan itu tak dipenuhi. Sambil teriak kesakitan, Sulfianto menyampaikan kepada Roy Masyewi sedang ada di Tanah Merah. Mendengan percakapan itu, ponsel Sulfianto kembali dirampas dan pukulan kembali melayang.
Karena teriakan Sulfianto yang kesakitan itu, para pelaku kembali menyeret Sulfianto masuk ke dalam lagi sejauh sekira 300 meter. Di tempat ini, pukulan dan tendangan kembali dirasakan. “Ada batu dan juga kayu dipakai memukul kepala saya,” ujar Sulfianto.
Melihat korban sudah tidak berdaya, para pelaku meninggalkan Sulfianto yang tergeletak di semak-semak dengan bersimbah darah. Dengan sisa tenaga yang ada, Sulfianto berusaha bangkit dan berjalan menuju jalan raya.
“Itu masih gelap. Sekitar jam 3 saya jalan keluar,” tukasnya.
Beruntung ada seorang tentara yang melintas dan menolong Sulfianto. Ia minta aparat itu mengantarkannya ke rumah Roy Masyewi di Tahiti. “Di rumah Roy saya baru bertemu dengan teman-teman yang lain, dan mengantarkan saya visum ke puskesmas,” tandas Sulfianto. JP03