BEBERAPA saat setelah mendarat di Bandara Babo, Kabupaten Teluk Bintuni, Wakil Presiden RI, KH Ma’ruf Amin didaulat untuk meresmikan pabrik pengolahan makanan kaleng Bio Bintuni yang ada di Kampung Waraitama SP 1, Kelurahan Banjar Ausoy Distrik Manimeri.
Ditandai dengan menekan tombol sirine, momentum usai sholat Jumat pada 14 Juli 2023 ini juga sebagai penanda dimulainya proyek lain di tempat yang berbeda. Ground Breaking pembangunan Kawasan Industri Terpadu (KIT) Teluk Bintuni di Kampung Onar, Distrik Sumuri.
Dalam waktu bersamaan, di Kampung Waraitama SP 1 tempat industri makanan olahan yang dikemas dalam kaleng, Plt Sekda Teluk Bintuni, Frans Nicolas Awak menggunting pinta sebagai tanda dimulainya pelepasan perdana produk makanan kaleng Bio Bintuni ke Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Kamera ponsel sejumlah media menyorotnya. Para kepala OPD yang menyaksikan prosesi itu, terlihat tepuk tangan, meski tanpa disertai senyuman. Hanya Haris, Kepala Dinas Perberdayaan Masyarakat dan Kampung yang terlihat tertawa girang sembari melambaikan tangan ke arah kamera yang terkoneksi secara online dengan rombongan Wakil Presiden.
Keberadaan industri pengalengan Bio Bintuni, menjadi perwujudan dari Program Perubahan (Proper) yang digagas Haris pada Desember 2019, sebelum dilantik sebagai Kepala Dinas PMK. Ini adalah inovasi ekonomi kreatif yang memiliki label dan kearifan lokal dengan melihat potensi yang ada di Teluk Bintuni.
“Salah satu tulisan saya adalah bagaimana membuat ekonomi kreatif bagi masyarakat OAP. Kalau memang itu disebut sebagai OAP, berarti apa yang mereka miliki itu yang harus dikembangkan. Karena pemberdayaan itu ada tiga sektor; potensi, kemampuan dan estimasi pasar,” kata Haris, mengawali wawancara dengan media ini, Jumat (21/7/2023).
Haris bilang, jika ketiga sektor itu tidak terpenuhi, maka kegiatan tersebut hanya bersifat sementara. Artinya, agar program yang ia gagas itu memiliki kontinuitas, harus memiliki potensi lokal yang cukup sebagai sumber bahan, ada kemampuan pengelolaan serta pasar yang menyerap.
Dari cita-cita mengembangkan ekonomi kreatif bagi OAP di sektor riil yang bersifat kelanjutan, Haris berkomunikasi dengan Dinas PMK Provinsi Papua Barat. Ia mengungkapkan niatnya untuk membuat industri seperti di kota-kota besar di Jawa, seperti Surabaya, Demak dan Yogyakarta.
Program Perubahan Ekonomi Kreatif berbasis OAP itu, dikombinasikan dengan Program Perubahan ekonomi Kreatif Berbasis Kampung yang digagas Alimudin Baedu, Kepala Bappelitbangda.
Tahun 2020, kabar baik berhembus dari Manokwari. Haris mendapat sokongan mesin pengalengan dari DPMK Papua Barat. Tapi problem lain yang menjadi kendala, belum ada gedung untuk mengoperasikan mesin tersebut.
“Saya lapor ke Pak Bupati, ini ada mesin Pak. Bapak bilang, Oooo.. bagus ini. Sesuai visi misi saya, Bintuni Damai, Produktif dan Berdaya Saing. Sekarang cek gedung mana yang tidak terpakai,” ungkap Haris, mengulang arahan dari Petrus Kasihiw, Bupati Teluk Bintuni.
Haris menemukan Rumah Potong Hewan (RPH) yang sudah lama dibangun, tapi tidak berfungsi. Ia lantas berkoordinasi dengan Dinas Pertanian untuk menggunakan bangunan tersebut. Secara konstruksi bangunan, spesifikasi RPH mirip dengan industri yang akan dikembangkan Haris. Harus ada sanitasi sebagai saluran pembuangan limbah.
Setelah tiga tahun berlalu, secara resmi inovasi ekonomi kreatif berbentuk industri makanan yang dikemas dalam kaleng, diwujudkan Petrus Kasihiw melalui Surat Keputusan Bupati bernomor SK: 188.4.E/075/Bup-TB/I/2023 tentang Pabrik Makanan Kaleng Bio Bintuni.
Ke depan, jika industri ini sudah benar-benar jalan, ribuan tenaga kerja akan terserap. Nelayan kepiting, udang dan ikan congge akan merasakan nikmatnya. Dari gambaran yang disampaikan saat kunjungan Wakil Presiden, dalam sehari pabrik ini akan menghasilkan tujuh ribu kaleng dari proses produksi dalam satu menit sebanyak 32 kaleng. Hanya saja, saat ini keberadaan industri itu masih dalam tahap uji coba.
Bupati Bintuni Petrus Kasihiw dalam pertemuan dengan warga di Distrik Sumuri, beberapa hari setelah kunjungan Wapres RI menyebut, keberadaan industri makanan kaleng Bio Bintuni bisa menjadi ganti pabrik pupuk yang sedianya di bangun di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Onar.
Berita Terkait : Ditetapkan Sebagai PSN, Pupuk Kaltim Mulai Bangun Kawasan Industri Pupuk di Fakfak Papua Barat
Publik Bintuni kecewa mendengar pembangunan pabrik pupuk telah dipindah ke Kawasan Pabrik Pupuk di Kabupaten Fakfak. Harapan untuk bisa merasakan dampak ekonomi atas pembangunan pabrik pupuk, telah sirna.
Sebagian masyarakat Teluk Bintuni mengerti siapa PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) yang menjadi investor pabrik ini. Pabrik yang secara resmi berdiri sejak 7 Desember 1977 ini, memanfaatkan gas alam cair PT Badak NGL Co, sebagai bahan baku pupuk urea dan ammonia.
Anak perusahaan dari PT Pupuk Indonesia ini, telah berhasil menciptakan kota mandiri di Bontang, Kalimantan Timur. Perumahan penduduk, rumah sakit dengan fasilitas modern, yayasan pendidikan dengan standar kurikulum mumpuni serta mall sebagai pusat perbelanjaan, berdiri dalam satu kawasan.
“Kami sangat sedih. Harapan itu telah pergi,” tukas Benyamin Inanosa, tokoh masyarakat Sumuri, Kabupaten Teluk Bintuni. JP01