BINTUNI, jurnalpapua.id – Pengguna jasa Kapal Motor Penumpang (KMP) Lema dari Bintuni dan Babo dengan tujuan Sorong, mengeluhkan kebijakan manajemen PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Sorong yang membebani mereka dengan tarif tambahan.
Jika biasanya mereka hanya membayar ongkos kapal milik Direktorat Perhubungan Darat itu sebesar Rp 286.950 saat naik dari Pelabuhan Bintuni dan Kota Sorong, mereka harus membayar tambahan biaya sebesar 95.400, atau totalnya menjadi sebesar Rp 382.350 ketika kapal yang dioperasikan PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Sorong ini melintasi rute ke Kokas, Kabupaten Fakfak.
Rute lintasan Bintuni – Babo – Kokas – Sorong PP ini mulai dijalani KMP Lema sejak 7 Februari 2022 lalu, dengan jadwal dua kali dalam satu bulan, yakni pada minggu kedua dan minggu ke empat.
Sedangkan pada minggu pertama dan ketiga, KMP Lema menjalani rute lama, yakni Bintuni – Babo – Sorong PP, tanpa singgah di Kokas. Pada rute ini, penumpang KMP Lema dari Bintuni tujuan Sorong, hanya membayar tarif Rp 286.950.
“Ini yang membuat kami bingung. Dengan tujuan yang sama, kami harus bayar lebih dengan perjalanan yang kami rasakan lebih lama,” kata Ajumain Tannoy, salah seorang penumpang KMP Lema, saat naik KMP Lema dengan rute melintasi Kokas, Kamis (24/2/2022).
Warga Kampung Kecap Distrik Aranday ini berharap manajemen ASDP tidak menaikkan tarif penumpang dari Bintuni dan Babo dengan tujuan Sorong, meski kapal itu singgah di Kokas.
Manager Usaha PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Sorong, Isra Ali menyatakan, jika pengguna jasa KMP Lema dari Bintuni dan Babo tujuan Sorong PP keberatan dengan tarif yang berlaku ketika kapal ini melintasi Kokas, dipersilakan mencari kapal lain yang tarifnya dianggap lebih murah.
“Kalau calon pengguna jasa kami tidak terburu-buru, bisa menunggu trip berikutnya yang tarifnya lebih murah. Kami ini hanya menjalankan misi pemerintah untuk melayani jalur perintis. Istilahnya kalaupun mau jalan kosong, tidak masalah karena kami tidak menjalankan misi komersial,” kata Isra Ali.
Sontak Pangaribuan, penumpang lain di KMP Lema menilai, keputusan manajemen ASDP dalam menetapkan tarif baru dalam rute perintis ke Kokas terkesan asal-asalan tanpa perhitungan yang matang.
Pengusaha angkutan ini mencontohkan, untuk tarif penyeberangan kendaraan golongan 8 dari Sorong ke Kokas, sebesar Rp 10.471.770 per unit. Sedangkan kendaraan golongan yang sama dari Kokas menuju Babo, tarifnya 11.319.700 per unit.
“Orang awam pun paham, jarak tempuh perjalanan Sorong-Kokas itu lebih jauh di banding Kokas-Babo. Tapi secara tarif, ternyata yang ke Babo justru lebih mahal,” ungkap Pangaribuan.
Data yang dihimpun media ini, jarak tempuh dari Sorong ke Kokas adalah 166 mil. Sedangkan dari Kokas menuju Babo, jaraknya hanya 74 mil.
Menanggapi ini Isra Ali menjelaskan, penetapan tarif penyeberangan kapal ferry yang dioperasikan ASDP Cabang Sorong adalah Gubernur Papua Barat melalui Dinas Perhubungan Papua Barat. Manajemen ASDP Cabang Sorong hanya mengusulkan skema tarifnya, dengan menghitung berdasarkan jarak tempuh.
“Saya juga baru lihat ini kalau tarif golongan 8 dari Kokas ke Babo lebih mahal dibanding Kokas – Sorong. Di Dinas Perhubungan Propinsi mungkin juga tidak di cek ulang saat mau menetapkan usulan tariff ini,” kata Isra Ali.
Kendati demikian, penetapan tariff penyeberangan kendaraan golongan 8 ini tidak terlalu signifikan pengaruhnya terhadap pendapatan perusahaan. Sebab, kendaraan golongan ini jenisnya adalah alat berat, yang itu sangat jarang menggunakan jasa penyeberangan armada ASDP.
“Mungkin satu tahun hanya sekali. Itu pun kalau ada,” tukasnya.
Kurang Penumpang
Sejak di launching pada 7 Februari 2022, KMP Lema sudah empat kali menjalani trip Sorong-Koka-Babo-Bintuni PP. Namun dari data manifest penumpangnya, rute dari dan ke Kokas kurang signifikan dibandingkan jumlah penumpang dari Sorong ke Kokas, maupun Kokas ke Babo dan Bintuni PP.
Seperti pada pelayaran 24 Februari 2022. Jumlah penumpang KMP Lema dari Bintuni dan Babo tujuan Kokas, tercatat 15 orang. Sedangkan dari Kokas tujuan Sorong, hanya 9 orang. Sementara penumpang dari Bintuni dan Babo tujuan Sorong, sebanyak 44 orang.
Pada pelayaran perdana menuju Kokas, jumlah penumpang dari Sorong sebanyak 17 orang, Kokas – Babo 15 orang dan Kokas – Bintuni kosong. Kembalinya, Bintuni – Kokas kosong, Babo – Kokas 6 orang dan Kokas – Sorong 27 orang.
Menurut Ajumain, dengan jumlah penumpang dari Bintuni dan Babo tujuan Kokas maupun dari Kokas tujuan Sorong yang tidak sebanding dengan jumlah penumpang dari Bintuni dan Babo tujuan Sorong, secara tidak langsung mereka menjadi penyubsidi operasional kapal ketika KMP Lema mengangkut penumpang dari dan ke Kokas.
“Karena kita yang tidak ada keperluan atau tujuan ke Kokas, harus membayar tariff tambahannya,” tukasnya. JP01