Mendambakan Industri Hulu Migas Ramah Lingkungan Melalui Spirulina

0
246
Asap hitam dari flaring di kawasan industi migas BP Berau Ltd di Kabupaten Teluk Bintuni. Foto: Tantowi/JP
Spread the love

JURNALPAPUA.ID  – RIUH suara aplaus terdengar di ruang Migas Center, Fakultas Teknologi Perminyakan dan Pertambangan Universitas Papua (UNIPA) pada Rabu siang, 3 November 2021. Kelompok mahasiswa dari Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong, baru saja mengakhiri presentasi karya ilmiahnya.

Tiga mahasiswi Teknik Kimia UNIMUDA Sorong; Lydia Putri Prasetyaningtyas, Lusiana Lumbantoruan dan Suhria Heremba ini, menjadi peserta terakhir dari tujuh finalis Kompetisi Karya Tulis Ilmiah tentang Hulu Migas, yang diselenggarakan SKK Migas Perwakilan Wilayah Papua Maluku dan UNIPA, dalam rangka Dies Natalis ke-21 UNIPA.

Karya tulisnya yang dipaparkan berjudul; Pengurangan Emisi CO2 di Industri Migas dengan Spirulina Platensis sebagai Bentuk Dukungan PPM di DAV LNG Tangguh. Karya ilmiah ini menawarkan solusi pencegahan pencemaran udara, dengan mengubah CO2 sebagai polutan menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Aura bahagia dan senyum penuh harapan terpancar dari wajah ketiganya, usai mendengar dorongan dari para juri yang menginginkan karya tulis itu bisa diwujudkan melalui riset lapangan dan diterapkan dalam industri migas.

“Sangat menarik sekali tema ini. Saya baru pertama kali mendengar, ada tanaman yang bisa menyerap CO2, dengan sel yang sangat kecil. Karena biasanya menggunakan tanaman peneduh,” kata DR. Endra Gunawan, Dekan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan UNIPA.

Para juri dan finalis kompetisi karya tulis ilmiah Hulu Migas.

DR. Endra menjadi salah satu juri dalam kompetisi ini. Juri lainnya adalah Galih Agusetiawan (Kepala Departemen Humas SKK Migas Pamalu, Arya Disiyona, Muhammad Kusuma dan I Putu Ary Wijaya.

Sebagai juru bicara kelompok, Lydia Putri Prasetyaningtyas memaparkan bagaimana peran Spirulina Platensis dapat menyerap CO2 yang dihasilkan industri hulu migas. Spirulina Platensis adalah salah satu jenis mikroalga golongan Cyanophyta, atau alga hijau kebiruan (blue green algae).

Bentuk Spirulina Platensis menyerupai benang yang merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris, dengan dinding sel yang tipis. Filamen Spirulina Platensis hidup berdiri sendiri dan dapat bergerak bebas. Panjang filamen (trichome) 500 µm dengan lebar 6-12 µm.

“Spirulina Platensis tidak memiliki inti sel. Spirulina Platensis memiliki zat warna hijau kebiruan, sehingga di masukkan dalam kelas Cyanophyceae,” urai Lidya, yang mengutip dari berbagai sumber.

Spirulina Platensis dapat dimanfaatkan sebagai produk lain yang mempunyai nilai ekonomis, seperti dapat diolah menjadi bahan bakar biodiesel, pakan ikan dan pakan ternak.

Emisi CO2 dari internal combustion engine di perusahaan migas dapat menunjang pertumbuhan dalam budidaya Spirulina Platensis. Ini yang menjadi keterkaitan Spirulina Platensis dengan industri hulu migas.

Emisi CO2 yang diserap untuk pertumbuhan Spirulina Platensis akan menunjukan empat fase pertumbuhan, yaitu fase lag, fase eksponensial, fase stationer, dan yang terakhir fase kematian. Karbondioksida yang sangat baik diserap di tujukan pada fase ekponensial karena pada fase ini mikroalga mengalami pertumbuhan yang maksimal dan sel berada dalam kondisi yang sangat viable.

Hal ini akan sangat bermanfaat bagi daerah-daerah terpencil yang terkena dampak emisi gas buang dari sektor perusahaan migas (Directly Affected Villages/DAV), seperti pada daerah Kabupaten Teluk Bintuni.

“Dari ide yang kami usulkan, emisi CO2 yang ada dapat dimanfaatkan dan tidak terbuang ke udara sebagai polutan atau pencemar udara. CO2 dipergunakan dalam budidaya Spirulina Platensis yang dapat dimanfaatkan sebagai produk lain yang memiliki nilai ekonomis,” kata Lidya.

Untuk menguji efektifitas dari solusi ini, Tim UNIMUDA Sorong yang dibimbing oleh Yusnita Lagoa ST, MT, dosen Teknik Kimia UNIMUDA, menawarkan percobaan dengan sistem batch dalam reaktor yang ditempatkan dalam bangunan yang atapnya tembus cahaya sinar matahari. Kemudian emisi CO2 dialirkan ke dalam reaktor menggunakan pompa dosis melalui diffuser.

Yusnita Lagoa ST, MT, dosen Teknik Kimia UNIMUDA (dua dari kiri), menjadi pembimbing Lydia Putri Prasetyaningtyas, Lusiana Lumbantoruan dan Suhria Heremba dalam Kompetisi Karya Tulis Ilmiah tentang Hulu Migas, yang diselenggarakan SKK Migas Perwakilan Wilayah Papua Maluku dan UNIPA, dalam rangka Dies Natalis ke-21 UNIPA. Foto: Tantowi/JP

Sampel Spirulina Platensis akan diambil dari Bioteknologi LIPI Kabupaten Bogor Jawa Barat, dan sampel emisi CO2 akan diambil dari Tangguh LNG yang terletak di Kabupaten Teluk Bintuni. Kemudian sampel-sampel tersebut akan dibawa ke UNIMUDA Sorong untuk dilakukan penelitian.

Sedangkan proses penangkapan CO2 yang dihasilkan LNG Tangguh, menggunakan metode post combustion. Gas CO2 akan dialirkan untuk melewati absorb tower yang sudah diberikan bahan kimia Amina, yang berfungsi menyerap CO2. Gas emisi itu kemudian dialirkan ke FBR (Fotobioreaktor) menggunakan compressor.

“Dalam penelitian ini kami melakukan uji coba dengan menggunakan tabung CO2 untuk budidaya Spirulina Platensis. Apabila penelitian ini berhasil maka kami akan mengambil sampel CO2 dari Tangguh LNG di Kabupaten Teluk Bintuni untuk kemudian digunakan untuk budidaya Spirulina Platensis di wilayah DAV LNG Tangguh,” kata Lidya.

Pada tahap akhir, Spirulina Platensis dipanen dengan cara disaring menggunakan jaring plankton. Biomassa Spirulina Platensis basah kemudian dikeringkan dengan panas sinar matahari.

Dikutip dari situs Down to Eearth, pada Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) BP Berau Ltd, perusahaan migas yang berperasi sejak 2005 ini akan menghasilkan 3 juta ton CO2 pertahun.

Aktivitas pembakaran bahan bakar fosil, khususnya dari industri, akan menghasilkan emisi CO2 dalam konsentrasi yang cukup tinggi (10- 12%). Ini yang menurut Lidya membutuhkan penanganan serius. Dibutuhkan solusi teknologi untuk mengurangi tingginya emisi CO2 di atmosfer.

Baca juga : Mengulik Perut Bumi dengan Data Satelit Gravitasi

Muhammad Kusuma, juri dari SKK Migas menyebut, gagasan yang diusung mahasiswa UNIMUDA Sorong ini sejalan dengan program yang sedang dilakukan pemerintah. SKK Migas sedang menggandeng ITB dalam melakukan riset menanggulangi karbon di sektor hulu migas.

“Saya terus terang surprise sama teman-teman. Secara ide saya apresiate, karena di industri migas baru melakukan studi ini. SKK sendiri sudah merasa ini akan menjadi isu yang akan muncul ke depan, jadi kita melakukan riset bersama ITB untuk menanggulangi karbon,” kata Kusuma.

Harapan senada juga disampaikan Galih Agusetiawan, Kepala Departemen Humas SKK Migas Perwakilan Wilayah Pamalu. “Karya ini jangan berhenti pada tataran presentasi. Harus segera direncakan riset lapangan, sebelum karya ini diambil orang lain,” kata Galih. (tantowi djauhari)

Google search engine

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here